kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -8.000   -0,52%
  • USD/IDR 15.791   -57,00   -0,36%
  • IDX 7.505   -68,76   -0,91%
  • KOMPAS100 1.157   -12,64   -1,08%
  • LQ45 913   -8,80   -0,96%
  • ISSI 228   -2,59   -1,12%
  • IDX30 469   -4,51   -0,95%
  • IDXHIDIV20 564   -3,86   -0,68%
  • IDX80 132   -1,34   -1,01%
  • IDXV30 139   -1,60   -1,13%
  • IDXQ30 156   -1,23   -0,78%

Harga Minyak Naik, Pasokan Kembali Menjadi Fokus


Senin, 25 September 2023 / 16:32 WIB
Harga Minyak Naik, Pasokan Kembali Menjadi Fokus
ILUSTRASI. Harga minyak naik karena investor fokus pada prospek pasokan yang lebih ketat.


Sumber: Reuters | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik karena investor fokus pada prospek pasokan yang lebih ketat setelah Rusia mengeluarkan larangan sementara ekspor bahan bakar. Investor juga tetap waspada terhadap kenaikan suku bunga lebih lanjut yang dapat mengurangi permintaan.

Senin (25/9) pukul 14.09 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent naik 71 sen atau 0,76% menjadi US$ 93,98 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS memperpanjang kenaikan untuk sesi kedua, diperdagangkan pada US$ 90,63 per barel, naik 60 sen atau 0,67%.

“Harga minyak mentah mengawali minggu ini dengan positif, karena pasar terus mencerna larangan sementara Rusia terhadap ekspor solar dan bensin ke pasar yang sudah ketat, diimbangi dengan pesan hawkish The Fed bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata Tony Sycamore, analis pasar IG kepada Reuters.

Baca Juga: Harga Komoditas Energi Menghangat, Ini Rekomendasi Saham Jagoan Analis

Harga kedua kontrak minyak tersebut jatuh pada pekan lalu setelah sikap hawkish Federal Reserve mengguncang pasar keuangan global dan meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan minyak. Penurunan mingguan ini menghentikan reli kenaikan tiga minggu lebih dari 10% setelah Arab Saudi dan Rusia membatasi pasokan dengan memperpanjang pengurangan produksi hingga akhir tahun.

Pekan lalu, Rusia melarang ekspor bensin dan solar untuk sementara waktu ke sebagian besar negara untuk menstabilkan pasar domestik. Larangan ini meningkatkan kekhawatiran akan rendahnya pasokan produk terutama untuk minyak pemanas saat Belahan Bumi Utara memasuki musim dingin.

Menurut laporan mingguan dari Baker Hughes, jumlah rig minyak yang beroperasi di Amerika Serikat turun delapan menjadi 507 pada minggu lalu, terendah sejak Februari 2022 meskipun harga minyak merangkak naik.

Baca Juga: Tersulut Harga Komoditas, Ini Tips Berinvestasi di Saham Berbasis Energi

Ekspektasi data ekonomi yang lebih baik pada minggu ini dari Tiongkok, importir minyak mentah terbesar di dunia, juga mengangkat sentimen. Namun, para analis menandai bahwa harga minyak menghadapi resistensi teknis pada level tertinggi November 2022 yang dicapai minggu lalu.

Sektor manufaktur China diperkirakan akan kembali berekspansi pada bulan September. Indeks pembelian manufaktur diperkirakan naik di atas 50 untuk pertama kalinya sejak bulan Maret, menurut prediksi analis Goldman Sachs.

Sebagai tanda positif, permintaan minyak China meningkat 0,3 juta barel per hari menjadi 16,3 juta barel per hari pada minggu lalu. Kenaikan ini sebagian disebabkan oleh pemulihan bertahap dalam permintaan bahan bakar jet untuk penerbangan internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×