Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik pada hari Senin karena pasokan global mengetat. Ekspor yang lebih rendah dari Arab Saudi dan Rusia mengimbangi kekhawatiran yang mengganggu pertumbuhan permintaan global di tengah tingginya suku bunga.
Senin (21/8) pukul 13.50 WIB, harga minyak mentah Brent naik 61 sen menjadi US$ 85,41 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate Amerika Serikat (AS) berada di US$ 81,88 per barel, naik 63 sen. Kontrak WTI September berakhir pada hari Selasa dan kontrak Oktober yang lebih aktif naik 56 sen menjadi US$ 81,22 per barel.
Pekan lalu, kedua harga patokan minyak menghentikan kenaikan beruntun 7 minggu. Harga minyak turun 2% pada pekan lalu setelah dolar AS menguat karena kemungkinan suku bunga bisa tetap lebih tinggi lebih lama, dengan krisis properti China menambah kekhawatiran prospek negara pengimpor minyak terbesar ini.
"Kami masih melihat neraca minyak yang ketat untuk sisa tahun ini, yang menunjukkan bahwa harga masih memiliki ruang untuk bergerak lebih tinggi," kata Warren Patterson, kepala penelitian komoditas ING kepada Reuters.
Baca Juga: Harga Minyak Berusaha Rebound Pada Perdagangan Senin (21/8) Pagi
Harga minyak biasanya bergerak terbalik dengan dolar AS. Dolar yang lebih lemah membuat pembelian minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya dan memicu permintaan.
Di sisi penawaran, ekspor minyak mentah OPEC+ akan turun untuk bulan kedua di bulan Agustus, kata Stefano Grasso, manajer portofolio senior di 8VantEdge di Singapura yang mengutip data awal dari perusahaan pelayaran Kpler.
Sementara itu, China, importir minyak mentah utama dunia, memanfaatkan rekor persediaan yang terkumpul awal tahun ini. Penyuling mengurangi pembelian setelah pemotongan pasokan oleh OPEC+ mengangkat harga global di atas US$ 80 per barel.
Baca Juga: Di Tengah Melemahnya Yuan, China Turunkan Suku Bunga Acuan
Pada Juli, pengiriman Arab Saudi ke China turun 31% dari Juni. Sementara Rusia, dengan minyak mentah diskonnya, tetap menjadi pemasok terbesar China.
Pabrik penyulingan China juga menggenjot ekspor produk olahan pada bulan Juli, didorong oleh margin ekspor yang kuat.
Di Amerika Serikat, jumlah rig minyak yang beroperasi, indikator awal produksi masa depan, turun lima menjadi 520 rig minggu lalu, terendah sejak Maret 2022, menurut laporan Baker Hughes pada hari Jumat.
"Seluruh pasokan turun, permintaan naik. Kecuali jika ada resesi dan permintaan melambat atau turun, OPEC+ memegang kendali," kata Grasso.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News