Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak naik ke level tertinggi dalam tiga pekan terakhir karena pelonggaran pembatasan Covid-19 terbaru di China mendorong harapan kenaikan permintaan bahan bakar. Kekhawatiran bahwa badai musim dingin di seluruh Amerika Serikat (AS) memengaruhi produksi energi juga mendukung harga minyak.
Harga minyak mentah Brent naik 0,6% menjadi US$ 84,44 per barel pada Selasa (27/12) pukul 14.12 WIB. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di US$ 80,04 per barel, naik 0,6%. Harga kedua kontrak minyak mencapai level tertinggi sejak 5 Desember.
Pada hari Jumat, Brent naik 3,6%, sementara WTI naik 2,7%, mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober. Pasar Inggris dan AS ditutup pada hari Senin untuk liburan Natal.
Komisi Kesehatan Nasional kemarin mengatakan, China akan mengakhiri persyaratan karantina untuk pelancong yang masuk mulai 8 Januari. Aturan baru ini membatalkan aturan sejak dimulainya pandemi tiga tahun lalu. Pelonggaran karantina meningkatkan optimisme permintaan yang lebih tinggi dari importir minyak mentah utama ini.
"Pemulihan permintaan minyak sudah di depan mata untuk China, yang merupakan berita bagus untuk sektor penyulingan," kata Serena Huang, kepala analisis APAC di Vortexa kepada Reuters.
Baca Juga: Harga Minyak Terdongkrak Pelonggaran Pembatasan COVID-19 China dan Dampak Badai di AS
Nilai tukar dolar AS melemah setelah China mengatakan akan membatalkan aturan karantina. Dolar AS yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Harga minyak juga mendapat dukungan dari kekhawatiran gangguan pasokan akibat badai musim dingin di AS. Badai salju yang melumpuhkan New York bagian barat selama akhir pekan Natal telah menewaskan lebih dari dua lusin orang, kata pejabat setempat. Para petugas berjuang untuk menggali daerah yang tertutup salju di sekitar Buffalo dari badai musim dingin yang paling ganas dalam beberapa dekade.
"Kekhawatiran mendorong pembelian, meskipun perdagangan tipis karena banyak pelaku pasar pergi berlibur," kata Kazuhiko Saito, kepala analis di Fujitomi Securities Co Ltd. Saito menambahkan, cuaca AS diperkirakan membaik minggu ini yang berarti reli mungkin tidak akan berlangsung terlalu lama.
Baca Juga: India Kian Mesra dengan Rusia, Zelensky Telepon Modi
Badai yang lebih besar telah mendatangkan malapetaka selama liburan akhir pekan. Para penumpang terlantar karena ribuan penerbangan dibatalkan.
Angin yang sangat dingin dan bertiup pada hari Jumat mematikan listrik dan memangkas produksi energi di seluruh AS. Badai ini pun menaikkan harga pemanas dan listrik.
Kekhawatiran atas kemungkinan pemotongan produksi oleh Rusia juga berkontribusi terhadap kenaikan harga minyak. Kantor berita RIA yang mengutip Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, Rusia dapat memangkas produksi minyak sebesar 5% hingga 7% pada awal 2023 karena menanggapi pembatasan harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News