Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat di hari keempat berturut-turut pada pagi ini. Selasa (14/11) pukul 7.25 WIB, harga minyak WTI kontrak Desember 2023 di New York Mercantile Exchange menguat 0,29% ke US$ 78,49 per barel dari posisi kemarin US$ 78,26 per barel.
Dalam empat hari, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini menguat total 4,19%.
Sedangkan harga minyak Brent kontrak Januari 2024 di ICE Futures kemarin menguat 1,34% ke US$ 82,52 per barel. Harga minyak acuan internasional ini naik dalam tiga hari beruntun hingga kemarin.
Harga minyak terus menguat setelah laporan pasar bulanan OPEC meredakan kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan. Penyelidikan AS atas dugaan pelanggaran sanksi minyak Rusia meningkatkan kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan.
Dalam laporan bulanannya, OPEC mengatakan fundamental pasar minyak tetap kuat dan menyalahkan spekulan atas penurunan harga. OPEC sedikit meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2023 dan tetap berpegang pada prediksi tahun 2024 yang relatif tinggi.
Baca Juga: Permintaan AS dan China Dikhawatirkan Berkurang, Harga Minyak Turun
“Laporan pasar minyak bulanan OPEC tampaknya melawan kekhawatiran permintaan, merujuk pada sentimen negatif yang berlebihan seputar permintaan China sambil meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan untuk tahun ini dan membiarkannya tidak berubah untuk tahun depan,” kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan yang dikutip Reuters.
Harga minyak juga terangkat oleh laporan Departemen Keuangan AS yang menindak ekspor minyak Rusia, kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Departemen Keuangan AS mengirimkan pemberitahuan kepada perusahaan pengelola kapal untuk mendapatkan informasi tentang 100 kapal yang dicurigai melanggar sanksi Barat terhadap minyak Rusia, kata seorang sumber yang telah melihat dokumen tersebut kepada Reuters.
Badan Informasi Energi AS (EIA) pekan lalu mengatakan bahwa produksi minyak mentah AS tahun ini akan meningkat sedikit lebih rendah dari perkiraan dan permintaan akan turun. Pada hari Senin, EIA memperkirakan produksi minyak AS akan menurun pada bulan Desember untuk bulan kedua berturut-turut.
Baca Juga: Harga Komoditas Energi Masih Berpotensi Naik Tipis, Ini Pendorongnya
Data ekonomi yang lemah minggu lalu dari importir minyak mentah nomor satu, China, menambah kekhawatiran akan melemahnya permintaan. Pabrik penyulingan China meminta lebih sedikit pasokan untuk bulan Desember dari Arab Saudi, eksportir terbesar dunia.
Namun, harga minyak mungkin telah mencapai titik terendah setelah turun sekitar 4% pada minggu lalu dan mencatat penurunan berturut-turut pertama dalam tiga minggu sejak Mei, kata Fawad Razaqzada, analis di City Index.
“Mengingat harga minyak telah melemah dalam beberapa minggu terakhir, Arab Saudi dan Rusia kemungkinan akan melanjutkan pengurangan pasokan secara sukarela hingga tahun depan. Oleh karena itu, hal ini akan membatasi potensi penurunan,” kata Razaqzada.
Pekan lalu, eksportir minyak utama Arab Saudi dan Rusia, yang merupakan bagian dari kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, mengonfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga akhir tahun karena kekhawatiran terhadap permintaan dan pertumbuhan ekonomi terus menyeret pasar minyak mentah.
Pertemuan OPEC+ berikutnya dijadwalkan pada 26 November.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News