Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan permintaan yang masih besar menggagalkan upaya kenaikan harga minyak menjelang akhir Mei. Kamis (30/5) pukul 7.27 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli 2019 di New York Mercantile Exchange naik 0,36% ke US$ 59,02 per barel.
Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini masih berada di bawah harga rata-rata bulan Mei yang ada di US$ 61,43 per barel. Harga minyak WTI pun masih sulit menguat setelah Kamis pekan lalu mencapai level terendah sejak 11 Maret 2019.
Sementara harga minyak brent untuk pengiriman Juli 2019 di ICE Futures naik 0,27% ke US$ 69,64 per barel setelah kemarin gagal mempertahankan level US$ 70 per barel. Harga minyak acuan internasional ini pun berada di bawah harga rata-rata bulan Mei pada US$ 70,69 per barel.
Sinyal eskalasi perang dagang antara AS dan China memicu kekhawatiran perlambatan permintaan minyak secara global. Laporan surat kabar China menyebut bahwa China bisa menggunakan komoditas tanah jarang untuk membalas kenaikan tarif AS. Tanah jarang merupakan kelompok 17 elemen kimia yang digunakan di berbagai produk elektronik teknologi tinggi hingga peralatan militer.
Sementara pengetatan pasokan minyak bisa dilihat dari backwardation, yang menunjukkan bahwa harga minyak berjangka pendek lebih mahal daripada jangka panjang. Reuters melaporkan, harga minyak brent untuk pengiriman Juli lebih tinggi US$ 1,50 per barel daripada pengiriman Agustus.
Backwardation menunjukkan pengetatan pasar. Commerzbank mengungkapkan bahwa terakhir kali hal ini terjadi adalah pada September 2013. "Partisipan pasar mau membayar lebih mahal untuk minyak yang bisa dikirim cepat saat pasokan mengetat," ungkap Commerzbank seperti dikutip Reuters.
Nasib pasokan minyak selanjutnya masih menunggu pertemuan OPEC+ bulan depan. Awal tahun ini, OPEC+ mengurangi pasokan 1,2 juta barel per hari dan akan ditentukan kelanjutannya pada pertemuan bulan depan.
"OPEC dan sekutunya akan bertemu untuk mendiskusikan kebijakan produksi, yang mungkin menghasilkan perpanjangan program pemangkasan hingga akhir tahun," kata Mihir Kapadia, chief executive Sun Global Investments. Dia menambahkan, pasar minyak akan menghindari risiko hingga gambaran fundamental minyak lebih jelas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News