kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak mentah melonjak 2% setelah IEA menaikkan proyeksi permintaan minyak


Sabtu, 11 Juli 2020 / 06:21 WIB
Harga minyak mentah melonjak 2% setelah IEA menaikkan proyeksi permintaan minyak
ILUSTRASI. Harga minyak mentah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sempat melemah di awal perdagangan, akhirnya harga minyak mentah ditutup menguat lebih dari 2% pada Jumat (10/7). Sentimen utama yang mendukung pergerakan harga datang setelah International Energy Agency (IEA) menaikkan perkiraan permintaan minyak tahun 2020. 

Sokongan harga bagi emas hitam ini juga datang setelah data menunjukkan perusahaan energi Amerika Serikat (AS) kembali memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi ke rekor terendah selama 10 minggu berturut-turut.

Jumat (10/7), harga minyak Brent kontrak pengiriman September 2020 ditutup naik 89 sen atau 2% menjadi US$ 43,24 per barel. 

Baca Juga: Harga minyak mentah terus turun, terseret rekor kasus harian Covid-19 di AS

Setali tiga uang, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus 2020 juga melonjak 93 sen atau 2,4% ke US$ 40,55 per barel.

Katalis positif lainnya bagi pergerakan harga minyak datang setelah pasar saham AS ditutup perkasa di akhir pekan ini. Belum lagi, sederetan data ekonomi, termasuk catatan tambahan gaji bulanan, menunjukkan kebangkitan dalam kegiatan bisnis AS pada bulan Juni.

Secara mingguan, harga minyak WTI bergerak tipis sementara Brent mencatat kenaikan mingguan sekitar 1% di pekan ini.

Sebelumnya, kedua harga minyak acuan ini diprediksi bakal melemah di pekan ini. Namun, laporan IEA, yang berbasis di Paris, tentang perkiraan kenaikan permintaan minyak menjadi 92,1 juta barel per hari (bph), naik 400.000 bph dari prospeknya bulan lalu, langsung mengerek harga emas hitam. 

Tetapi harga minyak tidak bisa langsung tancap gas setelah laporan infeksi virus corona baru di AS capai 60.500 kasus pada hari Kamis lalu. Ini menjadi jumlah harian tertinggi untuk negara mana pun sejak virus corona muncul di China tahun lalu.

"Sementara pasar minyak tidak diragukan lagi membuat kemajuan besar, dan di beberapa negara, percepatan jumlah kasus COVID-19 adalah pengingat yang mengganggu bahwa pandemi tetap tidak terkendali," kata IEA.

Selain itu, harga minyak juga mendapat tekanan setelah Libya National Oil Corporation mengumumkan telah mengangkat force majeure pada semua ekspor minyak setelah setengah tahun blokade oleh pasukan timur.

Baca Juga: Dow Jones dan S&P 500 menguat di atas 1%, progres obat Covid-19 jadi pendukung

"Ekspor Libya yang diperkirakan akan dimulai kembali bakal menambah kerentanan pembatasan produksi minyak yang dilakukan OPEC+," kata Jim Ritterbusch, President Ritterbusch and Associates.

Persediaan minyak tetap membengkak karena penguapan permintaan bahan bakar selama wabah awal.

"Jika kami mengambil gambaran pasar yang lebih besar, yang menonjol adalah bahwa kami belum melihat banyak penurunan di bagian persediaan global," kata JBC.

Persediaan minyak mentah AS naik hampir 6 juta barel minggu lalu, padahal analis telah memperkirakan penurunan. Ketegangan yang memuncak antara Amerika Serikat dan China juga menekan harga. 

Negeri Tirai Bambu mengatakan, akan memberlakukan tindakan timbal balik sebagai tanggapan terhadap sanksi AS terhadap pejabat China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap minoritas Muslim Uighur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×