kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.469.000   5.000   0,34%
  • USD/IDR 15.425   -156,00   -1,02%
  • IDX 7.544   -19,43   -0,26%
  • KOMPAS100 1.171   -3,44   -0,29%
  • LQ45 937   -1,31   -0,14%
  • ISSI 227   -1,08   -0,47%
  • IDX30 484   -0,02   -0,01%
  • IDXHIDIV20 581   0,28   0,05%
  • IDX80 133   -0,30   -0,23%
  • IDXV30 143   0,64   0,45%
  • IDXQ30 162   0,10   0,06%

Harga Minyak Mentah Kembali Tergelincir, Ini Penyebabnya


Kamis, 08 September 2022 / 16:00 WIB
Harga Minyak Mentah Kembali Tergelincir, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Harga minyak mentah kembali melemah


Reporter: Aris Nurjani | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah di pasar dunia kembali melemah. Merujuk data Bloomberg pada pukul 15.28 WIB, harga minyak mentah WTI kontrak Oktober 2022 sebesar US$ 81,43 per barel atau turun 0,62% dari penutupan hari sebelumnya.

Sejalan, harga minyak Brent kontrak pengiriman November 2022 juga melemah 0,7% ke level US$ 87,38 per barel.

Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, pelemahan minyak terjadi karena produksi OPEC+ mulai normal. Di satu sisi demand dan supply sudah seimbang di kuartal III-2022.

"Tahun ini harga WTI masih berfluktuasi, setelah mencapai puncak US$ 130-an, kemudian turun ke kisaran US$ 95 dan mulai naik lagi sejak April hingga US$ 120 dan mulai turun sejak itu," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (8/9).

Sementara untuk jumlah produksi minyak sudah mulai naik sejak tahun lalu. Kenaikan produksi saat ini telah menutupi semua pemangkasan 10 juta bph yang dilakukan pada April 2020.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Rebound Hampir US$ 1 Per Barel Selepas Tengah Hari Ini (8/9)

Lukman menjelaskan harga minyak yang kembali turun juga di pengaruhi oleh kekhawatiran pasar akan resesi, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan permintaan lemah dari China karena lockdown.

"Saya melihat harga minyak akan mulai berkosonsolidasi di US$ 75-US$ 85 per barel. Penurunan lebih lanjut akan di counter oleh pemangkasan produksi OPEC+," kata dia.

Tanpa intervensi dari OPEC+ dengan pemangkasan produksi yang signifikan, harga minyak masih akan terus menurun menuju kisaran US$ 75.

Menurut data IEA, permintaan minyak dunia sekarang diperkirakan sebesar 99,7 juta barel per hari pada tahun 2022 dan 101,8 juta barel per hari pada tahun 2023.

Saat ini pasokan minyak dunia mencapai titik tertinggi pasca pandemi sebesar 100,5 juta barel per hari pada bulan Juli.

"Jadi saat ini sebenarnya saat ini supply sudah lebih tinggi dari demand. Supply di Juli sudah melewati perkiraan demand rata-rata di tahun 2022," imbuhnya.

Baca Juga: Harga Emas Tergelincir Jelang Pidato Powell dan Keputusan Suku Bunga ECB

Lukman mengatakan, pergerakan harga ketiga komoditas energi seperti batubara, gas alam dan minyak berkolerasi cukup basar, namun tidak sepenuhnya paralel.

"Masalah pasokan gas akan berdampak ke harga gas dan ke energi alternatif batubara hanya secara ekspetasi kenaikan, bukan demand. sedangkan pergerakan harga minyak mentah dari kebijakan kartel OPEC+," ujarnya.

Penurun harga minyak dipengaruhi oleh suplai global yang tinggi dan melebihi permintaan, ancaman resesi dan permintaan China yang masih lemah oleh lockdown.

Sementara yang mendukung kenaikan harga minyak dari krisis energi di Eropa, OPEC+ yang dapat bertindak kapan saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×