Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah turun sekitar US$ 1 per barel pada perdagangan Kamis (9/7). Sentimen negatif yang mengekang harga minyak datang karena investor khawatir bahwa kebijakan pembatasan yang dilakukan untuk menahan penyebaran virus corona di Amerika Serikat akan kembali menurunkan konsumsi bahan bakar.
Kemarin, harga minyak mentah Brent kontrak pengiriman September 2020 di ICE Futures ditutup turun 94 sen atau 2,2% ke US$ 42,35 per barel. Padahal di sesi sebelumnya, Brent naik 0,5%.
Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus 2020 turun US$ 1,28 atau 3,1% menjadi US$ 39,62 per barel.
Baca Juga: Dow Jones dan S&P 500 melorot di tengah lonjakan kasus corona, Nasdaq rekor lagi
Lonjakan kasus virus corona yang terjadi, terutama di benua Amerika, menjadi menghadang utama keperkasaan minyak. "Karena AS, Brasil dan negara-negara lain terus dipalu oleh Covid-19, permintaan dipertaruhkan," kata Louise Dickson, Oil Markets Analyst Rystad Energy.
Asal tahu saja, Rabu (8/7), AS melaporkan lebih dari 60.000 kasus Covid-19 baru. Ini jadi peningkatan terbesar yang dilaporkan oleh suatu negara dalam satu hari.
Menurut perhitungan Reuters, kasus virus corona telah meningkat di 42 dari 50 negara bagian AS selama dua minggu terakhir.
Gelombang baru telah mendorong negara-negara seperti California dan Texas untuk memberlakukan kembali beberapa pembatasan.
Pesanan yang diperbarui kemungkinan akan mengurangi pemulihan permintaan bahan bakar yang berkelanjutan. Data dari Energy Information Administration menunjukkan, stok bensin AS turun 4,8 juta barel pekan lalu, jauh lebih banyak dari perkiraan para analis, karena permintaan mencapai level tertinggi sejak 20 Maret.
Di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, stok minyak mentah naik sekitar 2 juta barel dalam sepekan hingga Selasa, kata para pedagang, mengutip laporan dari Genscape.
Baca Juga: Harga minyak terseret jumlah kasus virus corona baru di AS yang capai rekor terburuk
Di India, permintaan bahan bakar di bulan Juni turun 7,9% secara tahunan. Ini juga menjadi sentimen negatif bagi pasar pada hari Kamis.
"Angka permintaan India mengecewakan," kata Phil Flynn, Senior Analyst Price Futures Group di Chicago. "Itu tidak sesuai dengan narasi yang kami dengar bahwa ekonomi India bangkit kembali."
Namun, harga minyak berjangka yang masih bertahan di sekitar US$ 40 per barel sudah cukup baik mendekati pertemuan OPEC+ yang diselenggarakan pada 15 Juli mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News