Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Minyak Brent merosot di akhir perdagangan setelah mencapai US$ 80 per barel untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun. Ini mengakhir reli lima hari dengan investor mengunci keuntungan.
Harga patokan minyak telah jatuh, dengan permintaan bahan bakar tumbuh dan para pedagang mengharapkan negara-negara penghasil minyak utama akan memutuskan untuk menjaga pasokan tetap ketat ketika Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bertemu minggu depan.
Selasa (28/9), harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman November 2021 turun 44 sen atau 0,6% menjadi US$ 79,09 per barel, setelah mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018 di US$ 80,75 per barel.
Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November 2021 juga melemah 16 sen atau 0,2% ke US$ 75,29 per barel, setelah mencapai level tertinggi pada sesi tersebut di US$ 76,67 per barel, tertinggi sejak Juli.
"Aksi profit taking cukup banyak terjadi, karena minyak mengalami kenaikan harga yang cukup luar biasa," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates yang berbasis di Houston.
"Kami mungkin memiliki sedikit jeda di sini karena pasar mengevaluasi seperti apa dinamika penawaran dan permintaan pada minyak," tambah Lipow.
Pasar juga menghadapi tantangan dari krisis listrik di China, konsumen energi terbesar di dunia.
Baca Juga: Harga minyak naik untuk hari keenam di tengah kekhawatiran pasokan, Brent capai US$80
"Penjatahan listrik baru-baru ini ke industri di China untuk menurunkan emisi dapat membebani kegiatan ekonomi, berpotensi mengimbangi penarik dari penggunaan diesel tambahan dalam pembangkit listrik," kata bank investasi Barclays.
Beberapa investor khawatir bahwa penularan dari gelembung perumahan China dapat memukul ekonomi negara itu dan ikut menyeret permintaan minyak, kata Louise Dickson, Senior Oil Markets Analyst Rystad Energy. Seperti diketahui, China merupakan importir minyak terbesar dunia.
Permintaan minyak akan tumbuh tajam dalam beberapa tahun ke depan karena ekonomi pulih dari pandemi, OPEC memperkirakan pada hari Selasa. OPEC menambahkan, dunia perlu terus berinvestasi dalam produksi untuk mencegah krisis bahkan ketika itu membuat transisi ke bentuk energi yang lebih bersih.
Beberapa anggota kelompok produsen OPEC+, yang mencakup sekutu OPEC Rusia dan beberapa negara lain, memangkas produksi selama pandemi, dan mengalami kesulitan untuk memenuhi permintaan yang pulih.
Pengekspor minyak utama Afrika Nigeria dan Angola akan berjuang setidaknya hingga tahun depan untuk meningkatkan produksi ke kuota yang ditetapkan oleh OPEC, sumber di masing-masing perusahaan minyak mengatakan, mengutip masalah kurangnya investasi dan pemeliharaan.
Sementara itu, produksi minyak AS telah terganggu oleh Badai Ida dan badai Nicholas, yang melanda Teluk Meksiko AS pada Agustus dan September. Kedua badai tersebut sudah merusak platform, jaringan pipa, dan pusat pemrosesan.
Selanjutnya: Wall Street ambles, kenaikan yield obligasi AS dan kekhawatiran inflasi jadi pemberat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News