kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga Minyak Mentah Bervariasi, Brent ke US$84,52 dan WTI ke US$79,15


Selasa, 17 Januari 2023 / 16:05 WIB
Harga Minyak Mentah Bervariasi, Brent ke US$84,52 dan WTI ke US$79,15
ILUSTRASI. Kilang minyak mentah


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah bervariasi pada pedagngan Selasa (17/1). Setelah China membukukan pertumbuhan ekonomi tahunan terlemahnya dalam hampir setengah abad.

Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik tipis 7 sen atau 0,1% menjadi US$84,52 pada 0727 GMT, memulihkan sebagian dari penurunan 1% pada sesi sebelumnya.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 73 sen atau 0,9% menjadi US$79,15 dari penutupan Jumat. Tidak ada penyelesaian pada hari Senin karena libur memperingati Hari Martin Luther King.

"Minyak mentah Brent telah naik hampir 10% selama 10 hari terakhir karena optimisme atas pembukaan kembali China mendorong sentimen. Namun, prospek ekonomi global lainnya tidak pasti," kata analis komoditas ANZ dalam catatan klien.

ANZ juga menunjuk, lonjakan pasokan minyak mentah dari Rusia yang membebani pasar dengan ekspor lintas laut telah meningkat menjadi 3,8 juta barel per hari pekan lalu, level tertinggi sejak April.

Baca Juga: Harga Minyak Brent Tergelincir 1%, Walau Bertahan di Level Tertinggi di Bulan Ini

Produk domestik bruto China meningkat 3% pada tahun 2022, sangat meleset dari target resmi "sekitar 5,5%" dan menandai kinerja terburuk kedua sejak 1976. Pada kuartal terakhir terpukul keras oleh pembatasan COVID yang ketat dan kemerosotan pasar properti.

Data ekonomi yang buruk masih mengalahkan perkiraan analis sebelumnya karena Beijing memutar kembali kebijakan nol-COVID pada bulan Desember menopang konsumsi.

Data yang dirilis pada hari Selasa juga menunjukkan produksi kilang minyak China pada tahun 2022 telah turun 3,4% dari tahun sebelumnya, penurunan tahunan pertama sejak 2001, meskipun produksi minyak harian bulan Desember naik ke level tertinggi kedua di tahun 2022.

"Dengan akhir yang lebih kuat hingga 2022 dari yang kami perkirakan, ditambah indikasi belanja ritel yang lebih kuat di masa depan, prospek pertumbuhan PDB pada 2023 telah meningkat dibandingkan dengan prospek kami sebelumnya," kata Kepala Ekonom ING, Greater China Iris Pang dalam sebuah catatan.

Tetapi Pang memperingatkan bahwa China masih menghadapi hambatan yang cukup besar, termasuk kemungkinan resesi di Amerika Serikat dan Eropa tahun ini.

Dalam survei bearish yang dirilis pada Forum Ekonomi Dunia tahunan di Davos, dua pertiga ekonom sektor swasta dan publik memperkirakan resesi global tahun ini, dengan sekitar 18% menganggapnya "sangat mungkin terjadi".

Baca Juga: Akhir Tahun 2022, Ekspor Minyak Iran Berada Pada Level Tertinggi

Survei tentang pandangan kepala eksekutif oleh PwC adalah yang paling suram sejak perusahaan tersebut meluncurkan jajak pendapat satu dekade lalu.

Kenaikan dolar dari posisi terendah tujuh bulan juga memberi tekanan pada harga minyak, karena greenback yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×