Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kenaikan harga minyak menjadi pendorong harga tembaga di perdagangan Kamis (26/5).
Harga tembaga menguat di tengah spekulasi ekonomi dan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, Kamis (26/5) pukul 10.26 waktu Shanghai, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,08% ke level US$ 4.690 per metrik ton.
Harga minyak mentah Brent naik di atas US$ 50 per barel pada hari Rabu (25/5) untuk pertama kalinya sejak November.
Chief investment officer Ayers Alliance Securities Ltd Jonathan Barrat mengatakan penguatan harga tembaga mengindikasikan bahwa investor mulai nyaman dengan kenaikan suku bunga The Fed.
"Saya cenderung memperkirakan bahwa kenaikan suku bunga the Fed menunjukkan perekonomian berada di jalur yang benar. Sehingga, akan berimbas terhadap banyaknya permintaan logam," ujar dia.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan kenaikan harga tembaga sejalan dengan kenaikan harga komoditas lain akibat kenaikan harga minyak. "Harga minyak menguat akibat turunnya cadangan minyak di Amerika Serikat dan melemahnya indeks dollar AS," ujar Ibrahim, Jakarta, Kamis (26/5).
Kendati demikian, dia memperkirakan penguatan harga tembaga hanya berlangsung sementara. Tembaga berpeluang turun akibat menguatnya perekonomian ekonomi AS. Salah satunya, data pengangguran AS yang dirilis pada Jumat (27/5) diprediksi turun sehingga mendorong menguatnya indeks dollar AS.
"Sehingga harga tembaga akan turun," ujar Ibrahim.
Secara teknikal, pola pergerakannya juga menunjukkan hal yang sama. Indikator moving avarage dan bollinger band bergerak di 40% di atas bollinger bawah. Stochastic 60% positif, moving avarage convergence divergence (MACD) wait and see, ralative strenght index (RSI) 60% positif.
Ibrahim memperkirakan, Jumat (27/5), harga tembaga akan bergerak di kisaran US$ 4.600-US$ 4.700 dan sepekan US$ 4.400-US$ 4790 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News