Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak turun lagi di akhir pekan setelah sempat naik pada awal pekan. Meski turun dalam tiga hari perdagangan terakhir, harga minyak masih menguat tipis dalam sepekan.
Jumat (22/7), harga minyak WTI kontrak September 2022 di New York Mercantile Exchange turun 1,71%. Dalam sepekan, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini menguat tipis 0,14%.
Harga minyak Brent kontrak September 2022 di ICE Futures turun 0,63% ke US% 103,20 per barel. Harga minyak acuan internasional ini menguat 2,02% dalam sepekan.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Terancam Tren Kenaikan Inflasi
Rusia mengatakan tidak akan memasok minyak mentah ke negara-negara yang memutuskan untuk mengenakan batasan harga pada minyaknya. Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina mengatakan, minyak mentah dan produk minyak akan dialihkan ke negara-negara yang siap bekerja sama dengan Rusia, menambahkan bahwa pembatasan akan memacu harga minyak global.
"Persepsi berkembang bahwa AS dan Uni Eropa akan menerapkan batasan harga pada minyak Rusia pada akhir tahun," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial seperti dikutip Reuters.
Kissler menambahkan bahwa secara historis, pembatasan harga komoditas yang diinduksi pemerintah biasanya berumur pendek dan dapat mengakibatkan harga yang berlebihan segera setelahnya.
Baca Juga: Terkatrol Harga Komoditas, ADB Kerek Proyeksi Inflasi RI Tahun Ini Jadi 4,0%
Harga minyak WTI sempat kembali ke atas level US$ 100 sebarel pada penutupan perdagangan Selasa. Tapi harga turun lagi pada tiga hari perdagangan setelah itu karena data menunjukkan bahwa permintaan bensin AS telah turun hampir 8% dari tahun sebelumnya di tengah-tengah puncak musim mengemudi musim panas. Penurunan permintaan ini terutama dipicu oleh rekor harga di stasiun pengisian bahan bakar.
Sebaliknya, tanda-tanda permintaan yang kuat di Asia menopang harga patokan minyak Brent. Harga minyak Brent menguat pekan ini setelah turun enam pekan beruntun.
Permintaan bensin dan bahan bakar sulingan di India naik ke rekor tertinggi pada bulan Juni meskipun harga lebih tinggi. Total konsumsi produk olahan berjalan meningkat 18% dari tahun lalu. Analis RBC mengungkapkan, kilang pengolahan minyak India beroperasi mendekati level tersibuk mereka.
Baca Juga: Harga Emas Naik 1,14% Sepekan Setelah Turun Lima Minggu Berturut-turut
Namun, harga tertahan oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga yang dapat memangkas permintaan dan dimulainya kembali beberapa produksi minyak mentah Libya. Kementerian Perminyakan Libya menyebut, produksi minyak Libya lebih dari 800.000 barel per hari (bph) dan akan mencapai 1,2 juta bph bulan depan.
Irak memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi minyaknya sebesar 200.000 barel per hari tahun ini jika diminta, kata seorang eksekutif Basra Oil Co Irak. Rig minyak AS, indikator awal produksi masa depan, juga tetap stabil di 599 minggu ini, menurut data Baker Hughes.
Baca Juga: Turun pada Jumat, Wall Street Menguat Dalam Sepekan
Ekonomi global tampaknya semakin cenderung menuju ke perlambatan yang serius. Sementara bank sentral secara agresif membalikkan kebijakan moneter ultra-longgar yang diadopsi selama pandemi untuk mendukung pertumbuhan.
Investor juga mengamati keputusan Federal Reserve AS tentang suku bunga minggu depan. Pejabat The Fed telah mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News