Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melanjutkan kenaikan di hari kedua. Penguatan harga minyak disokong oleh pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang jatuh ke level terendah dalam lebih dari seminggu.
Sementara investor mengalihkan fokus mereka dari ketegangan di Timur Tengah ke kondisi perekonomian global.
Rabu (24/4) pukul 7.30 WIB, harga minyak WTI kontrak Juni 2024 di New York Mercantile Exchange menguat tipis 0,08% ke US$ 83,43 per barel. Kemarin, harga minyak acuan AS ini melesat 1,78% dari posisi US$ 81,90 per barel.
Sedangkan harga minyak Brent kontrak Juni 2024 di ICE Futures pagi ini menguat 0,10% ke US$ 88,51 per barel setelah. Kemarin, harga minyak acuan internasional ini menguat 1,63%.
Indeks dolar AS melemah setelah data S&P Global menunjukkan aktivitas bisnis AS melambat pada bulan April ke level terendah dalam empat bulan karena melemahnya permintaan. Greenback yang lebih murah biasanya meningkatkan permintaan minyak dalam mata uang dolar dari investor yang memegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Investasi Migas Menanjak
Dukungan lebih besar terhadap harga datang dari data Zona Euro yang menunjukkan aktivitas bisnis berkembang pada bulan ini dengan laju tercepat dalam hampir satu tahun.
“Pasar berada di bawah tekanan karena sedikit atau bahkan tidak ada pertumbuhan di Zona Euro, jadi apa pun yang menunjukkan perbaikan seharusnya menjadi hal yang mendukung,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates kepada Reuters.
Pelaku pasar sudah mempertimbangkan gangguan geopolitik untuk fokus pada indikator ekonomi dan keseimbangan penawaran dan permintaan secara keseluruhan, tambah Lipow. Ketegangan antara Israel dan Iran mereda. Selain itu, kekhawatiran terhadap permintaan dari importir minyak utama Tiongkok juga berkurang.
“Di satu sisi masih ada keraguan terhadap kinerja perekonomian Tiongkok, sementara di sisi lain ada sentimen besar bahwa OPEC akan tetap teguh pada tindakan mendukung harga,” kata Gaurav Sharma, analis minyak independen di London.
Baca Juga: Konflik Menghangat di Timur Tengah, Sejumlah Saham Ini Layak Dilirik
Investor menantikan rilis data produk domestik bruto AS kuartal pertama pada akhir pekan ini serta angka pengeluaran konsumsi pribadi bulan Maret, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed.
“Angka PDB yang rendah di bawah 3% dapat menenangkan kegelisahan The Fed dan memberikan lebih sedikit tekanan pada komoditas,” kata Alex Hodes, analis minyak di perusahaan pialang StoneX. "Namun, angka yang lebih kuat dari 3% dapat menyebabkan dolar menguat lebih lanjut, yang akan memberikan tekanan lebih besar pada komoditas," ujar dia
Persediaan minyak mentah AS diperkirakan meningkat minggu lalu. Sementara stok produk olahan cenderung menurun, menurut jajak pendapat awal para analis yang dilakukan Reuters.
American Petroleum Institute kemarin melaporkan bahwa stok minyak mentah dan bensin AS turun minggu lalu. Sementara hasil sulingan – termasuk solar dan minyak pemanas – naik, menurut sumber pasar. Data resmi pemerintah AS akan dipublikasikan oleh Administrasi Informasi Energi nanti malam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News