Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguat di awal perdagangan hari ini. Dua kontrak berjangka minyak menguat dalam dua hari perdagangan terakhir.
Kamis (15/9) pukul 7.32 WIB, harga minyak WTI kontrak Oktober 2022 di New York Mercantile Exchange menguat 0,60% ke US$ 89,01 per barel dari penutupan perdagangan kemarin US$ 88,48 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak November 2022 di ICE Futures menguat 0,45% ke US$ 94,52 per barel dari posisi kemarin US$ 94,52 per barel.
Kepala ekonom Bank Sentral Eropa (ECB), Philip Lane, pada hari Rabu mengulangi janji bank untuk terus menaikkan suku bunga dengan fokus pada inflasi. Harga energi yang lebih tinggi tetap menjadi "kekuatan pendorong dominan inflasi" di Zona Euro, kata Lane.
Baca Juga: BI Khawatir Kenaikan Tarif Transportasi Kembali Kerek Inflasi yang Sedang Melandai
Laporan inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih panas daripada perkiraan pada hari Selasa juga menghancurkan harapan Federal Reserve dapat mengurangi pengetatan kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Pejabat Fed akan bertemu Selasa dan Rabu depan di tengah angka inflasi yang jauh di atas target 2% bank sentral AS.
Badan Energi Internasional atau International Energy Agency (IEA), sementara itu, memperkirakan perlambatan ekonomi yang semakin dalam dan ekonomi China yang goyah akan menyebabkan permintaan minyak global terhenti pada kuartal keempat tahun ini. Pembatasan ketat Covid-19 di China menekan permintaan bahan bakar di importir minyak terbesar dunia.
Namun, beberapa elemen bullish dari laporan IEA hari Rabu membatasi penurunan harga. Di antaranya adalah ekspektasi peralihan luas dari gas ke minyak diperkirakan rata-rata 700.000 barel per hari (bph) pada Oktober 2022 hingga Maret 2023.
Angka ini menunjukkan kenaikan dua kali lipat dari tahun lalu. IEA juga mengatakan bahwa persediaan global yang diamati turun 25,6 juta barel pada Juli.
Baca Juga: Inflasi AS Naik Lagi, The Fed Bakal Makin Agresif
Laporan tersebut mengikuti perkiraan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang memperkirakan pertumbuhan yang kuat dalam permintaan minyak global pada 2022 dan 2023. Laporan yang dirilis dua hari lalu ini mengutip tanda-tanda bahwa ekonomi utama bernasib lebih baik dari yang diharapkan meskipun ada tantangan seperti lonjakan inflasi.
"OPEC terus memandang ekonomi global dengan kacamata berwarna meskipun ada ancaman resesi di beberapa ekonomi utama," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM kepada Reuters.
Di sisi pasokan, stok minyak mentah AS naik sekitar 6 juta barel untuk pekan yang berakhir 9 September, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Rabu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News