Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rally harga minyak masih berlangsung pada pekan kedua 2019. Rabu (9/1) pukul 7.11 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 49,95 per barel, naik 0,34% ketimbang harga kemarin pada US$ 49,78 per barel.
Harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) kemarin pun sudah melonjak 2,60% dari hari sebelumnya. Harga minyak WTI mengakumulasi kenaikan 11,97% dalam delapan hari perdagangan berturut-turut sejak 28 Desember 2018 lalu.
Harga minyak brent untuk pengiriman Maret 2019 di ICE Futures pun masih melanjutkan rally hingga kemarin. Dalam tujuh hari perdagangan, harga minyak acuan internasional ini mengakumulasi kenaikan 11,36%. Selasa (8/1), harga minyak brent menguat 2,42%.
Harga minyak terus menanjak seiring munculnya optimisme kenaikan permintaan yang didorong oleh kesepakatan perdagangan AS-China. "Situasi perdagangan jelas merupakan faktor bullish. Permintaan akan naik jika kesepakatan dagang ini diteken," kata Bob Yawger, director of futures Mizuho kepada Reuters.
Steven Winberg, anggota delegasi AS mengatakan bahwa pembicaraan dagang kedua negara masih akan berlanjut hari ini. Di sisi lain, para trader minyak masih mengkhawatirkan potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global tahun 2019. Posisi bullish minyak hedge fund turun signifikan.
S&P Global Ratings menurunkan prediksi harga minyak rata-rata tahun ini sebesar US$ 10 per barel. S&P Global Ratings memperkirakan, harga minyak brent rata-rata tahun ini akan berada di US$ 55 per barel dan WTI pada US$ 50 per barel.
"Asumsi harga minyak kami yang lebih rendah mencerminkan perlambatan permintaan dan kenaikan pasokan secara global," kata Danny Huang, analis S&P Global Ratings.
Pasar minyak hari ini menunggu rilis data produksi minyak AS. Paman Sam terus mencatat rekor produksi baru hingga tahun lalu. AS menutup tahun lalu dengan rekor produksi 11,7 juta barel per hari.
Analis memperkirakan, stok minyak AS pekan lalu bisa turun 3,3 juta barel. Pemerintah AS baru akan merilis data resmi nanti malam. "Jika data pemerintah mengonfirmasi prediksi tersebut, sinyal bullish akan makin kencang," kata John Kilduff, partner Again Capital Management.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News