kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Harga minyak mulai suam-suam kuku


Senin, 09 Februari 2015 / 06:57 WIB
Harga minyak mulai suam-suam kuku
ILUSTRASI. Tank Abrams AS?di tempat latihan Pabrade, Lithuania, 29 Mei 2020. Gambar diambil 29 Mei 2020.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga minyak mentah masih bisa melaju pada pekan ini. Sinyal sejumlah produsen di Amerika Serikat mengurangi produksi menyulut kenaikan harga minyak dalam dua pekan terakhir.

Mengutip Bloomberg, Jumat (6/2), harga minyak west texas intermediate (WTI) pengiriman Maret 2015 di New York Mercantile Exchange naik 2,83% menjadi US$ 51,69 per barel. Selama dua pekan, harganya sudah melesat 14,5%. 

Pasar pulih, setelah pekan lalu sejumlah perusahaan AS menarik 83 rig.Aksi ini disinyalir menurunkan volume produksi. Reli harga selama dua pekan melambungkan optimistis terhadap minyak.

 Analis OCBC Barnabas Gan bilang, masih terlalu dini menganggap reli saat ini sinyal pembalikan arah permanen. Namun, pasar menangkap sinyal positif yang berpotensi mendorong reli lebih panjang.  "Potensi melambatnya pasokan di semester II adalah sinyal pendorong pembalikan arah," tulisnya dalam riset Jumat (8/2). 

Optimisme ini berlandaskan aksi perusahaan besar, seperti Shell dan Chevron yang memangkas belanja modal pada tahun ini. Menurut Barnabas, koreksi harga mendekati akhir. Level terendah terlewati seiring harga rebound di atas US$ 50 per barel. Ia memprediksi, harga WTI bisa mencapai US$ 75 per barel dan US$ 80 untuk jenis Brent. 

Analis Harvest International Futures Tonny Mariano mengatakan, harga minyak berpeluang mencapai US$ 75 -US$ 80 per barel tahun ini. Faktor pendorongnya, perubahan kondisi ekonomi negara importir. Sebulan terakhir, beberapa bank sentral negara maju melonggarkan moneter atau menurunkan suku bunga. Efeknya, mata uang negara bersangkutan melemah, sehingga dollar AS menguat. Demi meminimalisir rugi selisih kurs di masa mendatang, importir mengimpor minyak sekarang. 

Kenaikan signifikan baru terealisasi ketika ada faktor fundamental. Seperti perubahan kebijakan produksi OPEC. Sejauh ini, OPEC ngotot mempertahankan kuota produksi harian 30 juta barel. 

Secara teknikal Tonny menduga, pekan ini, harga minyak masih berpeluang naik di US$ 48,10-US$ 57 per barel. Indikator RSI dan stochastic mulai condong naik ke posisi masing-masing 25,43 dan 37,77. MACD minus 12,07. 

Sementara, 12 dari 32 analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan, harga WTI turun pekan ini. Hanya 10 analis menebak naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×