Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak lanjutkan koreksi di awal perdagangan hari ini setelah sebelumnya ambruk akibat lonjakan kasus virus corona di Amerika Serikat (AS) yang dikhawatirkan membuat permintaan tetap rendah di konsumen minyak mentah dan bahan bakar terbesar di dunia.
Mengutip Reuters, Jumat (12/6) pukul 07.30 WIB, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juli 2020 di Nymex turun US$ 1,32, atau hampir 4%, menjadi US$ 35,02 per barel. Pada sesi sebelumnya, harga minyak WTI sudah merosot lebih dari 8%.
Serupa, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Agustus 2020 turun US$ 1,15, atau 3%, ke US$ 37,40 per barel, setelah turun 7,6% pada sesi sebelumnya.
Baca Juga: Harga minyak mentah ambles, Brent dan WTI ditutup melemah lebih dari 7,5%
Pelemahan ini membuat rally yang sudah terjadi sejak awal Mei terhenti. Sentimen utama datang setelah pasar dihantam kenyataan bahwa pandemi virus corona mungkin masih belum selesai. Terlebih dengan jumlah kasus infeksi di AS yang baru saja melewati 2 juta di tengah pekan ini.
Di akhir pekan ini, Brent menuju penurunan mingguan pertama dalam tujuh minggu berturut-turut dengan pelemahan sekitar 12%. Hal yang sama terjadi pada WTI yang menuju penurunan sekitar 4% dalam penurunan mingguan kedua berturut-turut.
"Reli yang berkelanjutan perlu mencakup peningkatan permintaan bensin, pengurangan persediaan, peningkatan margin produk ke titik di mana penyuling memulai," kata RBC Capital Markets.
Namun, RBC Capital masih mencatat bahwa saat ini, pola mengemudi di Negeri Paman Sam masih jauh dari normal.
Terbukti, walau produsen telah memotong pasokan, permintaan tetap terkendala oleh wabah, dengan stok bensin di AS pada pekan lalu naik lebih dari yang diharapkan menjadi 258,6 juta barel.
Baca Juga: Donald Trump Junior habiskan duit pajak warga AS Rp 1 miliar untuk berburu domba
Berdasarkan data pemerintah, persediaan minyak mentah AS juga naik hingga 5,7 juta barel ke rekor 538,1 juta barel di pekan lalu. Ini terjadi karena banjir impor dari Arab Saudi setelah harga mencetak rekor termurahnya.
Sementara itu, negara bagian termasuk Texas dan Arizona sedang berjuang untuk mengatasi meningkatnya jumlah pasien virus corona yang kembali mengisi tempat tidur rumah sakit.
Lina Hidalgo, pejabat senior di Houston, yang merupakan kota jantung industri minyak AS memperingatkan "kita mungkin mendekati jurang bencana".
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News