Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Dengan asumsi ini, pendapatan MEDC dari segmen minyak dan gas (migas) diestimasikan mencapai US$ 2,12 miliar untuk tahun ini. Per kuartal pertama 2023, MEDC mengantongi pendapatan dari segmen migas sebesar US$ 526,2 juta atau mencerminkan 25% dari asumsi pendapatan migas yang dipasang Arief.
Hanya saja, Arief mencatat adanya potensi kenaikan cost of revenue (biaya pendapatan) akibat adanya biaya dari konstruksi Ijen Geothermal Power Plant. Ciptadana Sekuritas menaikkan estimasi cost of revenue untuk tahun 2023 dan 2024 masing-masing sebesar 32,0% dan 26,1% menjadi US$ 1,38 miliar dan US$ 1,41 miliar.
Dengan kenaikan asumsi cost of revenue, laba operasional MEDC diperkirakan juga menurun sebesar 35,9% dan 34,1% menjadi US$ 637 juta dan US$ 607 juta untuk tahun ini dan tahun depan. Hal ini turut menurunkan prakiraan laba bersih MEDC sebesar 32,5% dan 27,7% menjadi US$ 324 juta dan US$ 344 juta untuk 2023 dan 2024.
Baca Juga: Kemenperin Dukung Industri Elektronik Asal Korsel Tanamkan Investasi Bidang R&D
Selain MEDC, Felix juga memasang outlook positif untuk PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS). Ada beberapa katalis yang bisa mendorong kinerja PGAS. Pertama, peningkatan konsumsi energi dari industri dan pembangkit listrik.
Kedua, mulai beroperasinya jaringan pipa Blok Rokan dan Gresik-Semarang yang akan meningkatkan volume distribusi gas. Ketiga, emiten pelat merah ini memiliki neraca yang solid.
“Namun patut diketahui, ASP PGAS tergantung dari kebijakan pemerintah, sehingga tidak dapat memaksimalkan momen kenaikan harga komoditas secara umum,” kata Felix.
Felix merekomendasikan buy saham PGAS dengan target harga Rp 1.900. Felix juga menyematkan rekomendasi buy untuk saham MEDC dengan target harga Rp 1.315.
Baca Juga: Kemenperin Apresiasi Industri Susu Dongkrak Produktivitas Peternak Sapi Perah
Arief juga menyematkan rekomendasi buy saham MEDC. Namun, dia memangkas target harga saham MEDC dari semula Rp 1.850 menjadi Rp 1.350 seiring menurunnya perkiraan laba tahun ini.
“Kami melihat penurunan harga minyak sebagai risiko downside, sementara potensi dividen dari Amman Mineral setelah initial public offering (IPO) akan menjadi risiko upside,” kata Arief.
Adapun saham MEDC diperdagangkan dengan valuasi menarik, dengan EV/EBITDA dan price to earnings ratio (PER) masing-masing sebesar 3,3 kali dan 4,6 kali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News