Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Harga minyak dunia semakin mendekati level US$ 100 per barel di New York Mercantile Exchange. Data Bloomberg menunjukkan, siang tadi, harga kontrak minyak jenis WTI untuk pengantaran Oktober melonjak US$ 1,44 menjadi US$ 99,75 per barel di New York Mercantile Exchange. Pada pukul 08.18 waktu Singapura, kontrak yang sama berada di posisi US$ 99,46 per barel.
Kemarin (13/9), harga kontrak minyak sempat melonjak 1,3% menjadi US$ 98,31 per barel. Ini merupakan level tertinggi sejak 4 Mei lalu. Jika dihitung, sepanjang pekan ini, harga minyak sudah menanjak 3,1%. Dengan demikian, harga minyak sudah mencatatkan kenaikan selama tujuh pekan berturut-turut.
Ada sejumlah faktor yang mendongkrak harga si emas hitam. Pertama, spekulasi bahwa stimulus ekonomi AS akan meningkatkan permintaan minyak dunia. Kedua, kerusuhan yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara akibat film yang dianggap menghina umat Islam dikhawatirkan akan memangkas suplai minyak dunia.
"Kita selalu optimistis dengan adanya program stimulus. Pertanyaannya adalah seberapa lama hal ini bisa bertahan?" jelas Jonathan Barratt, chief executive officer Barratt's Bulletin, commodity newsletter di Sydney. Dia memprediksi, kecemasan geopolitik di Timur Tengah akan mendongkrak harga minyak sebesar US$ 5 hingga US$ 6.
Sementara itu, harga kontrak minyak jenis Brent untuk pengantaran November naik sebesar US$ 1,11 atau 1% menjadi US$ 116,99 per barel di ICE Futures Europe Exchange di London.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
