Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga minyak dunia ditutup sedikit melemah pada perdagangan Kamis (12/6), seiring aksi ambil untung investor setelah reli tajam lebih dari 4% sehari sebelumnya akibat kekhawatiran gangguan pasokan dari Timur Tengah.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 41 sen atau 0,6% ke level US$ 69,36 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 11 sen atau 0,2% ke US$ 67,97 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Bisa Meroket! J.P. Morgan Peringatkan Dampak Serangan Terhadap Iran
Penurunan ini terjadi di tengah ketidakpastian geopolitik, menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa serangan Israel ke Iran “sangat mungkin terjadi”, meski belum dianggap sebagai ancaman yang segera.
Trump menegaskan tetap lebih memilih jalur diplomatik dan menghindari konflik terbuka.
Sehari sebelumnya, pasar menguat setelah AS memutuskan menarik sebagian personel dari kawasan Timur Tengah, memicu kekhawatiran potensi gangguan pasokan minyak.
“Lonjakan kemarin mendorong harga ke area jenuh beli secara teknikal, jadi koreksi ini cukup wajar,” kata analis energi dari StoneX, Alex Hodes.
Ketegangan semakin meningkat menjelang pertemuan putaran keenam antara pejabat AS dan Iran di Oman pada Minggu (15/6), guna membahas program pengayaan uranium Iran.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Menguat Kamis (12/6) Pagi, Dipicu Memanasnya Ketegangan AS-Iran
Iran telah menyatakan bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai, tetapi akan membalas jika terjadi serangan terhadap negaranya.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Kamis menyatakan Iran telah melanggar kewajiban non-proliferasi nuklirnya , keputusan yang bisa memicu pelaporan Iran ke Dewan Keamanan PBB untuk pertama kalinya dalam hampir dua dekade.
Strait of Hormuz Jadi Titik Genting
Kekhawatiran pasar berpusat pada kemungkinan terganggunya arus pengiriman minyak melalui Selat Hormuz, jalur strategis yang dilalui sekitar 20% dari perdagangan minyak dunia.
Analis Global Risk Management, Arne Rasmussen, menyebut penutupan selat ini sebagai "mimpi buruk absolut" bagi pasar energi global.
Baca Juga: Timur Tengah Memanas, Iran Antisipasi Serangan Israel Terhadap Fasilitas Nuklirnya
JPMorgan bahkan memperkirakan harga minyak bisa melesat ke level US$ 120–130 per barel jika skenario tersebut terjadi, meskipun kemungkinan disebut masih rendah.
Namun, sentimen kehati-hatian kini mendominasi pasar. “Harga minyak masih lebih tinggi dibanding dua hari lalu karena sejumlah investor short memilih menunggu perkembangan,” ujar Giovanni Staunovo, analis komoditas di UBS.
Selanjutnya: Cermati Saham-Saham yang Banyak Dipungut Asing Kemarin Saat IHSG Melanjutkan Koreksi
Menarik Dibaca: Syarat Donor Darah PMI dan Panduan Persiapan Donor Darah yang Wajib Diperhatikan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News