Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) terdampak penurunan harga minyak dunia. Di sisi lain, biaya operasi meningkat karena pengeluaran yang lebih tinggi akan menggerogoti keuntungan.
Research Analyst Reliance Sekuritas Ayu Dian mencermati, penurunan harga pada migas telah mempengaruhi kinerja MEDC. Harga jual rata-rata alias Average Selling Price (ASP) minyak MEDC turun 23% YoY menjadi US$ 77 per barel.
Hal itu menyebabkan pendapatan dari penjualan migas turun sebesar 8.14% QoQ menjadi US$ 437 juta pada kuartal I-2023, walaupun MEDC berhasil meningkatkan produksi.
Harga minyak diperkirakan bakal mengalami penurunan, sejalan dengan perkiraan konsensus yang memperkirakan harga minyak di level US$ 80 per barel pada 2023.
Ini artinya diproyeksikan bakal ada penurunan pendapatan MEDC di segmen penjualan minyak dan gas. Namun, segmen Power berpotensi meningkat di tengah potensi pertumbuhan pasar yang masih tinggi.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham MAPI, GGRM, dan MEDC Untuk Perdagangan Kamis (22/6)
“Kami melihat harga minyak masih akan tertekan pada tahun ini,” ungkap Ayu kepada Kontan.co.id, Kamis (22/6).
Analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman menilai pendapatan MEDC masih kuat di sekitar US$ 558,1 juta atau meningkat 18,4% YoY pada kuartal I-2023, terutama didukung oleh peningkatan volume minyak dan gas sebesar 29,9% YoY menjadi 165 MBOEPD.
Namun margin menyusut secara keseluruhan karena kenaikan biaya dan operational expenditure (opex) yang mengakibatkan laba operasi menurun sebesar 10% YoY dan 35,3% QoQ menjadi US$ 178,3 juta pada kuartal I-2023. Akibatnya, EBITDA Medco Energi turun 10,8% QoQ namun masih bertumbuh 7,8% menjadi US$ 325,4 juta di tiga bulan pertama 2023.
Di bawah lini operasi, profitabilitas MEDC dipengaruhi oleh pendapatan yang lebih rendah dari anak usahanya yang utamanya dari PT Amman Mineral International Tbk (AMNT). AMNT hanya meraup pendapatan sebesar US$ 41,8 juta selama periode Januari hingga Maret 2023 yang naik 8.6% YoY tetapi ambles 35% QoQ karena produksi tembaga dan emas yang lebih rendah.
Arief mengamati, MEDC membukukan kenaikan beban pokok pendapatan yang signifikan menjadi US$ 325,7 juta pada kuartal I-2023. Hal itu terutama didorong oleh biaya konstruksi sebesar US$ 76,5 juta yang tumbuh lebih dari sepuluh kali lipat dibandingkan US$ 7,4 juta pada kuartal I-2022.
Pembengkakan beban pokok tersebut berasal dari dimulainya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Ijen. Pada saat yang sama ,MEDC juga membukukan pendapatan konstruksi sebesar US$ 81,8 juta pada kuartal I-2023 dibandingkan US$ 8,3 juta di periode yang sama tahun lalu.
Mengingat porsi biaya konstruksi terhadap biaya pendapatan sebesar 23%, lalu pendapatan konstruksi terhadap total pendapatan sebesar 15%, maka hal ini merugikan profitabilitas MEDC.
Proyek Ijen adalah kemitraan pengembangan antara Medco (51%) dan Ormat Technologies (49%). Listrik yang dihasilkan dari proyek tersebut akan dijual kepada PT PLN (Persero) di bawah kuasa persetujuan pembelian.
“Kita harus memasukkan biaya konstruksi yang lebih tinggi karena MEDC masih akan menanggung biayanya hingga 2024 ketika proyek akan dialihkan ke PLN,” ucap Arief dalam riset 24 Mei 2023.
Sementara itu, Ayu melihat langkah MEDC dalam menerbitkan surat utang berkelanjutan, secara keseluruhan dapat berdampak pada kenaikan liabilitas perusahaan di tengah Debt to Equity Ratio (DER) MEDC yang telah mencapai 2.69 kali pada kuartal I-2023.
Seperti diketahui, MEDC akan melaksanakan penerbitan Obligasi Berkelanjutan V Tahap I Tahun 2023 dengan jumlah pokok sebesar Rp1 triliun. Obligasi tersebut merupakan bagian dari program Penawaran Umum Berkelanjutan V MEDC.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Menerbitkan Obligasi Berkelanjutan Tahap I Rp 1 Triliun
Hanya saja, Ayu menilai bahwa penerbitan obligasi ini tidak akan berdampak terhadap kinerja MEDC. Pasalnysa, dana dari penerbitan obligasi yang akan digunakan untuk memberikan pinjaman ke anak usaha juga akan digunakan untuk melakukan pembelian obligasi di pasar sekunder.
Selain itu, rencana Initial Public Offering (IPO) Amman Mineral akan berdampak positif bagi diversifikasi bisnis perusahaan, apalagi AMNT memiliki cadangan mineral yang tinggi. Ayu merekomendasikan Speculative Buy pada saham MEDC dengan support dan resistance masing-masing di level Rp 860 per saham - Rp 1.000 per saham.
Sementara Arief merekomendasikan buy tetapi memangkas target harga MEDC dari Rp 1.850 per saham menjadi Rp 1.350 per saham. Hal itu seiring pendapatan MEDC yang lebih rendah perkiraan selama kuartal I-2023. Harga minyak yang lebih rendah dari perkiraan bakal menjadi risiko penurunan saham. Sebaliknya, potensi dividen dari AMNT setelah IPO bakal menjadi katalis yang positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News