Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak diperkirakan bergerak fluktuatif. Sentimen yang berimbang antara penekan dan pendukungnya menjadi penyebabnya.
Berdasarkan Trading Economics, harga minyak WTI berada di US$ 70,05 per barel atau naik 0,39% dalam 24 jam terakhir pada Senin (3/3) pukul 19.39 WIB. minyak Brent juga menguat 0,48% ke US$ 73,14 per barel.
Namun, sepekan terakhir keduanya masih tertekan, masing-masing 1,15% dan 2,37%. Penurunan itu mengakumulasi pelemahan harga minyak WTI dan minyak Brent sebesar 3,87% dan 4,19% dalam sebulan.
Baca Juga: Prospek Harga Minyak Mentah Dunia Tertekan Suplai Hingga Kebijakan Tarif Trump
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan kekhawatiran akan isu-isu ekonomi yang lebih luas dan peluang peningkatan pasokan saat ini, memberikan dampak penurunan yang lebih signifikan terhadap harga minyak.
Ia menerangkan, terdapat kekhawatiran mengenai kemungkinan perlambatan ekonomi, terutama di Amerika Serikat (AS), setelah data ekonomi yang dirilis menunjukkan sejumlah tanda pelonggaran.
"Hal ini menjadi indikasi bahwa pemulihan ekonomi 2024 mungkin akan mendekati puncaknya pada tahun 2025," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).
Ancaman tarif yang diajukan oleh AS, beserta segala efek ketidakpastian yang menyertainya, turut memengaruhi ekspektasi permintaan bahan bakar. Penegasan kembali mengenai rencana tarif, khususnya yang diusulkan oleh Trump terhadap impor dari Meksiko dan Kanada, serta barang-barang asal China, telah memberikan dampak negatif.
Tindakan tersebut memunculkan ketidakpastian dalam perdagangan global, yang pada gilirannya berdampak pada permintaan minyak. Di samping itu, pasar juga merespons kemungkinan OPEC+ akan meningkatkan produksinya pada bulan April, yang dapat memberikan tekanan turun pada harga.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil Senin (3/3), di Tengah Ketidakpastian Tarif dan Perang Ukraina
Sutopo menilai, prospek harga minyak sepanjang tahun dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks yang saling berinteraksi, dengan adanya elemen-elemen yang dapat mendukung maupun menghambat. Pertumbuhan ekonomi global, terutama di negara-negara besar seperti AS dan China, menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi permintaan.
Produksi OPEC+ memiliki peran krusial dalam menentukan pasokan global. Selain itu, produksi minyak dari negara-negara non-OPEC+ juga turut memengaruhi pasokan.
Faktor-faktor ekonomi lain, seperti inflasi dan kebijakan suku bunga, juga dapat memengaruhi nilai tukar dolar AS, yang pada gilirannya berdampak pada harga minyak. Menurutnya, jika pemulihan ekonomi global terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan, permintaan minyak bisa meningkat, mendorong harga naik.
Di sisi lain, konflik yang meningkat di daerah penghasil minyak dapat mengganggu pasokan dan berpotensi meningkatkan harga minyak lebih lanjut. "Menurut pandangan kami, dengan mempertimbangkan berbagai faktor penting yang mempengaruhi harga minyak, bisa diperkirakan bahwa harga akan berada di kisaran US$ 75 per barel pada semester I 2025 dan antara US$ 70 hingga US$ 80 pada semester II," tutupnya.
Selanjutnya: Korupsi BBM Pertamax: Erick Thohir Jadi Sorotan, Prabowo Diminta Ambil Sikap
Menarik Dibaca: Simak Inisiatif Vinilon Group dalam Mendukung Keberlanjutan Lingkungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News