kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.777   18,00   0,11%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

Masih dalam tren bearish, Analis: Batubara mulai ditinggalkan konsumen global


Senin, 10 Juni 2019 / 19:05 WIB
Masih dalam tren bearish, Analis: Batubara mulai ditinggalkan konsumen global


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara hari ini mulai merangkak naik setelah pekan lalu anjlok ke level US$ 73,50 per metrik ton (5/6). Masalah stok dan permintaan sepertinya masih menghantui harga si hitam.

Berdasarkan data Bloomberg Senin (10/6) pukul 19.00 WIB, harga batubara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman Juli 2019 berada pada level US$ 74,50 per metrik ton, naik 0,6% dari  akhir pekan lalu yang masih di level US$ 74,05 per metrik ton.

Akan tetapi, harga batubara masih berada dalam tren bearish. Nyatanya, sepekan harga si hitam melemah 2,74%, bahkan, secara year to date (ytd) anjlok 23,27% di mana akhir tahun lalu harga batubara di level US$ 97,10 per metrik ton.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan batubara mulai ditinggalkan oleh sebagian besar konsumen global, sebab Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) menyebabkan emisi udara yang berakhir pada pemanasan global. “Batubara anak haram komoditas energi, dibanding minyak dan gas alam,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Senin (10/6).

Keberadaannya yang mengundang banyak masalah, membuat sejumlah negara memanfaatkan energi alternatif seperti angin dan matahari. Wahyu bilang, anak haram ini tidak sepenuhnya bisa tergantikan, sebab batubara menjadi kepentingan ekonomi China dan Australia. Bahkan seumpama mencapai level US$ 50 per metrik ton bisa menekan capital market dan berujung pada krisis ekonomi.

Wahyu menilai China sudah memprediksi penurunan harga batubara saat ini, makanya China akan mengantisipasi sentimen negatif batubara. Sontak, impor batubara China naik karena Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PTLU) China meningkatkan pembelian menjelang musim panas.

Qianghuangdao Seaborne Coal Market melaporkan stok batubara di enam pembangkit listrik tenaga batubara terbesar di China mencapai 17,9 juta ton, setara dengan konsumsi harian hampir 33 hari.

Wahyu memprediksi harga batubara untuk perdagangan Selasa (11/6) berada di rentang support US$ 72-US$ 74 per metrik ton, sementara resistance di level US$ 75-US$ 76,60 per metrik ton. Dalam sepekan harga batubara diprediksi ada di level US$ 70-US$ 78 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×