Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah jenis Brent kembali menguat pada perdagangan hari ini berkat keputusan sejumlah produsen minyak di Amerika Serikat yang menutup produksi di lepas pantai Teluk Meksiko jelang Badai Laura. Selain itu, harga emas hitam ini juga terangkat karena optimisme atas pembicaraan dagang antara China-AS.
Tetapi penguatan masih dibatasi di tengah kekhawatiran baru atas pandemi virus corona, yang telah menekan permintaan bahan bakar. Terlebih, berdasarkan laporan dari kawasan Eropa dan Asia tentang sejumlah pasien yang terinfeksi kembali Covid-19, meningkatkan kekhawatiran tentang kekebalan di masa depan.
Mengutip Reuters, Rabu (26/8) pukul 18.50 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Oktober 2020 naik 8 sen, atau 0,2% menjadi US$ 45,94 per barel.
Baca Juga: Harga minyak turun tipis setelah mencapai level tertinggi dalam lima bulan
Namun, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun 2 sen atau 0,1% ke lvel US$ 43,33 per barel. Kedua harga minyak acuan ditutup di level tertinggi dalam lima bulan pada sesi sebelumnya.
"Harga minyak mentah naik, terseret lebih tinggi oleh lonjakan harga bensin karena Badai Laura yang sedang menuju Pantai Teluk AS," kata analis ANZ dalam sebuah catatan pada hari Rabu.
Seperti diketahui, dua badai besar sedang menuju Teluk Meksiko yang menjadi rumah bagi produsen minyak AS. Alhasil, hampir semua produsen mengevakuasi 310 fasilitas lepas pantai dan menutup 1,56 juta barel per hari (bpd) produksi minyak mentah. Jumlah ini setara 84% dari produksi lepas pantai di Teluk Meksiko. Jumlah ini hampir menyamai rekor saat Badai Katrina menghantam 15 tahun yang lalu.
"Pasar saat ini memperkirakan kemungkinan kekurangan bensin bencana jangka pendek," kata Stephen Innes, Chief Global Markets Strategist AxiCorp.