kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga minyak bisa menuju ke US$ 100 kalau Iran menutup Selat Hormuz


Selasa, 07 Januari 2020 / 09:39 WIB
Harga minyak bisa menuju ke US$ 100 kalau Iran menutup Selat Hormuz
ILUSTRASI. Lapangan minyak Nahr Bin Umar, sebelah utara Basra, Irak, 16 September 2019. Harga minyak masih bergerak di harga tinggi hingga hari ini.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak masih bergerak di harga tinggi hingga hari ini. Harga minyak melonjak sejak Jumat lalu akibat ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.

Selasa (7/1) pukul 9.26 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2020 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 62,65 per barel, turun 0,98% ketimbang harga penutupan perdagangan kemarin pada US$ 63,27 per barel. 

Head of Research Division PT BNI Sekuritas Damhuri Nasution melihat jika ketegangan antara AS dan Iran terus berlanjut, bisa terjadi resesi ekonomi. Sebab, harga minyak juga berpotensi melonjak lebih dari US$ 100 per barel. 

Baca Juga: Bursa saham Asia berbalik menguat setelah anjlok di awal pekan

Asal tahu saja, ketegangan antara AS dan Iran semakin memanas saat Jenderal Iran Qassem Soleimani tewas pada serangan drone AS ketika konvoi di bandara Baghdad.

Padahal, hampir 30% suplai minyak dunia mengalir lewat selat Hormuz. Akibat serangan ini, bisa saja ke depan Iran akan menutup Selat Hormuz, jalur untuk mengirim minyak keluar Teluk Persia. Hal inilah yang memungkinkan harga minyak meningkat drastis. 

Lebih lanjut Damhuri menjelaskan ketegangan yang terjadi memang akan mengerek beberapa harga komoditas seperti minyak, batubara maupun CPO. Akan tetapi, menurutnya kenaikan itu hanya bersifat sementara. "Saya tidak melihat efek positif yang berkelanjutan," kata Damhuri, Senin (6/1).

Baca Juga: Harga minyak turun tipis setelah melonjak dua hari

Head of Equity Research BNI Sekuritas Kim Kwie Sjamsudin menambahkan, melonjaknya harga minyak akan memperburuk defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia sehingga berpeluang menekan nilai tukar rupiah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×