kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak bimbang di antara penurunan produksi OPEC dan ekspansi AS


Jumat, 12 Juli 2019 / 07:24 WIB
Harga minyak bimbang di antara penurunan produksi OPEC dan ekspansi AS


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak menguji level psikologis setelah lonjakan di pertengahan pekan. Dalam tiga hari terakhir, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2019 di New York Mercantile Exchange bergerak di atas US$ 60 per barel dan belum banyak berubah.

Jumat (12/7) pukul 7.06 WIB, harga minyak WTI berada di US$ 60,42 per barel, menguat 0,36% jika dibandingkan dengan harga kemarin pada US$ 60,20 per barel. Tapi, harga minyak ini cenderung mendatar jika dilihat dari harga penutupan Rabu yang ada di US$ 60,43 per barel.

Harga minyak brent untuk pengiriman September 2019 di ICE Futures pun naik tipis ke US$ 66,80 per barel, naik 0,42% dari harga kemarin. Tapi, harga minyak acuan internasional ini masih lebih rendah daripada harga Rabu lalu yang ada di US$ 67,01 per barel.

Kemarin, OPEC memprediksikan bahwa permintaan minyak ke negara-negara anggota OPEC akan turun di tengah lonjakan produksi minyak Amerika Serikat (AS). Alhasil, akan ada surplus pasokan di tengah upaya OPEC mengerem produksi.

Dalam prediksi tahun 2020 pada laporan bulanan, OPEC mengatakan bahwa permintaan minyak global akan mencapai 29,27 juta barel per hari untuk 14 negara anggotanya, turun 1,34 juta barel per hari dari tahun ini.

Penurunan permintaan minyak dari negara-negara anggota OPEC ini menggarisbawahi kebijakan OPEC yang juga menurunkan produksi untuk menopang harga di tengah kenaikan pasokan minyak AS dan produsen lain. "Produksi minyak AS diperkirakan terus naik karena jaringan pipa baru akan memungkinkan pengaliran minyak dari Permian ke pusat ekspor ke pusat ekspor di Teluk Meksiko," ungkap OPEC dalam laporan yang dikutip Reuters.

OPEC memperkirakan, permintaan minyak global akan naik dengan laju yang sama dengan tahun ini. OPEC pun memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan sama dengan laju tahun ini meski ada penurunan pertumbuhan di China dan AS.

Sementara AS terus memperluas pasar ekspor minyak. Kemarin, AS sukses mengirim minyak ke Ukraina. Menurut data Refinitiv Eikon, tanker Wisdom Venture menurunkan 80.000 ton Bakken crude di Odessa untuk pabrik pengolahan Kremenchug pada 6 Juli. Ukrtatnafta, pembeli minyak ini, akan kembali menerima kiriman pada 24 Juli dan bulan Agustus mendatang.

"Industri minyak Ukraina akan bangkit dengan presiden baru Volodymyr Zelenskiy, jadi jelas ini menjadi pasar baru bagi AS meski harga juga berpengaruh," kata trader minyak Eropa kepada Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×