kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.663.000   13.000   0,79%
  • USD/IDR 16.333   49,00   0,30%
  • IDX 7.023   -50,95   -0,72%
  • KOMPAS100 1.029   -7,64   -0,74%
  • LQ45 799   -11,02   -1,36%
  • ISSI 212   0,47   0,22%
  • IDX30 414   -7,16   -1,70%
  • IDXHIDIV20 499   -6,15   -1,22%
  • IDX80 116   -1,06   -0,91%
  • IDXV30 120   -0,70   -0,58%
  • IDXQ30 137   -1,76   -1,27%

Harga Minyak Bervariasi Saat Trump Kembali Tekan Iran, Drama Tarif Batasi Kenaikan


Rabu, 05 Februari 2025 / 05:19 WIB
Harga Minyak Bervariasi Saat Trump Kembali Tekan Iran, Drama Tarif Batasi Kenaikan
ILUSTRASI. Harga minyak bergerak bervariasi pada penutupan perdagangan Selasa (4/2/2025) di tengah ketegangan tarif antara Washington dan Beijing.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  HOUSTON. Harga minyak bergerak bervariasi pada penutupan perdagangan Selasa (4/2/2025) di tengah ketegangan tarif antara Washington dan Beijing. 

Selain itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melanjutkan kebijakan "tekanan maksimum" terhadap Iran dengan tujuan menekan ekspor minyak negara tersebut hingga nol, menurut seorang pejabat AS.

Trump menandatangani memorandum presiden sebelum bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. 

Baca Juga: Harga Minyak Global Koreksi Imbas Trump Tunda Tarif untuk Meksiko dan Kanada

Dalam memorandum tersebut, ia memerintahkan Menteri Keuangan AS untuk memberlakukan "tekanan ekonomi maksimum" terhadap Iran, termasuk penerapan sanksi serta mekanisme penegakan hukum yang lebih ketat.

Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup turun 46 sen atau 0,63% menjadi US$ 72,70 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent, yang menjadi acuan global, naik 24 sen atau 0,32% menjadi US$ 76,20 per barel.

Harga minyak sempat mengalami tekanan akibat pemberlakuan tarif baru AS sebesar 10% terhadap impor dari China yang mulai berlaku pada Selasa. Kebijakan ini kemudian dibalas dengan tarif serupa dari Beijing. 

Pada titik terendahnya dalam sesi perdagangan, harga minyak mentah AS turun lebih dari 3%, menyentuh level terendah sejak akhir Desember.

Baca Juga: Harga Minyak Bersiap Mencatat Penurunan Mingguan, Imbas Ancaman Tarif Trump

Pada periode pertama kepemimpinannya, Trump berupaya menekan ekspor minyak Iran mendekati nol dengan memberlakukan kembali sanksi. Namun, ekspor minyak Iran meningkat selama masa pemerintahan Presiden Joe Biden karena Iran berhasil menghindari beberapa sanksi yang diberlakukan.

Iran, yang merupakan produsen minyak terbesar ketiga dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memproduksi sekitar 3,3 juta barel minyak per hari, atau sekitar 3% dari total produksi minyak global.

"Minyak mengalami tekanan akibat respons China terhadap tarif AS, namun kembali naik setelah Trump kembali menerapkan 'tekanan maksimum' terhadap Iran," kata Phil Flynn, analis di Price Futures Group.

Ketegangan Tarif Perdagangan

Para pelaku pasar mencermati kemungkinan adanya komunikasi antara Trump dan Presiden China Xi Jinping terkait ketegangan perdagangan. Namun, pada Selasa, Trump menyatakan bahwa ia tidak terburu-buru untuk berbicara dengan pemimpin China tersebut.

Ketika ditanya mengenai keputusan China untuk mengenakan tarif balasan terhadap barang-barang AS, Trump menanggapi dengan santai dan menyatakan bahwa hal tersebut bukan masalah besar.

Sebelumnya, penasihat perdagangan Trump, Peter Navarro, mengatakan bahwa kedua pemimpin akan segera berbicara, memberikan harapan bagi para investor bahwa China mungkin mendapatkan penangguhan sementara seperti yang sebelumnya diberikan Trump kepada Meksiko dan Kanada pada Senin.

"Harga minyak turun akibat respons China, namun ekspektasi terkait panggilan telepon antara Trump dan Xi sempat mengangkat harga kembali. Kini, ketidakpastian mengenai apakah langkah ini akan berlanjut semakin memperumit situasi," ujar John Kilduff, mitra di Again Capital, New York.

Baca Juga: Kebijakan Tarif Trump Tekan Mata Uang Emerging Market, Bagaimana Nasib Rupiah?

Pada Senin, Trump menunda rencana penerapan tarif tinggi terhadap Meksiko dan Kanada, menyetujui jeda selama 30 hari dengan imbalan konsesi terkait penegakan hukum perbatasan dan kejahatan lintas negara.

Ketegangan perdagangan yang terus berlanjut antara AS dan China berpotensi melemahkan permintaan minyak, yang dapat menekan harga lebih lanjut.

"Tindakan balasan dari China kemungkinan tidak berhenti pada tarif 10% terhadap minyak mentah AS. Langkah ini juga dapat menjadi bagian dari strategi melemahkan yuan jika AS merespons dengan tarif lebih tinggi terhadap ekspor China," kata Kelvin Wong, analis pasar senior di OANDA.

"Secara keseluruhan, kebijakan ini dapat memperkuat nilai dolar AS, yang pada akhirnya akan melemahkan harga minyak, terutama mengingat OPEC+ masih berada di jalur untuk meningkatkan pasokan minyak secara bertahap mulai April," tambahnya.

Baca Juga: Harga Minyak Bangkit dari Posisi Terendah, Investor Bersiap Hadapi Tarif Trump

Data bea cukai menunjukkan bahwa pada tahun 2024, impor minyak mentah China dari AS hanya mencapai 1,7% dari total impor minyak mentah negara tersebut.

"China dengan cermat menargetkan minyak mentah dan gas alam cair AS, karena kebijakan ini secara efektif akan mengeluarkan AS dari pasar China. Dengan tambahan biaya sebesar US$ 5 hingga US$ 7 per barel akibat tarif, harga minyak AS menjadi kurang kompetitif," ujar Kilduff.

Sementara itu, investor menunggu rilis data persediaan minyak AS yang akan diumumkan oleh American Petroleum Institute.

Selanjutnya: Pasar Ketat, Asuransi Tebar Sederet Promo Demi Menggaet Hati Pembeli

Menarik Dibaca: Inilah Gift Code Ojol The Game 5 Februari 2025 Terbaru dari Codexplore

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×