Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia sedang dalam tren penurunan selama lima hari beruntun. Bahkan harga minyak dunia menyentuh level terendahnya semenjak satu tahun terakhir.
Melansir Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) pada Kamis (27/2), pukul 16.03 WIB, berada di level US$ 48,07 per barel atau turun 1,35% dari perdagangan sebelumnya.
Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menilai, prospek minyak tahun ini cukup berat. Dia memprediksi, harga minyak dunia masih berpotensi untuk turun lebih dalam. Pasalnya, ancaman terhadap permintaan minyak masih mengkhawatirkan setelah virus corona (Covid-19) menjalar ke berbagai negara di dunia. “Pada saat virus merebak memang kecemasan permintaan memicu pelemahan harga,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id Kamis (27/2).
Baca Juga: Malaysia gelontorkan paket stimulus sebesar US$ 4,7 miliar atasi dampak wabah corona
Kekhawatiran pasar terhadap virus corona bukan tanpa alasan. Berbagai negara bahkan telah bersiaga menghadapi epidemik virus corona. Sebagai catatan, jumlah pasien virus corona di Korea Selatan telah melonjak hingga lebih dari 1.200 kasus dari hanya 51 kasus pekan lalu. Di Italia, korban jiwa mencapai 11 orang dengan total jumlah kasus menyentuh 470.
Korban meninggal akibat infeksi virus corona di seluruh dunia hingga saat ini mencapai 2.801 orang. Sekitar 2.744 kematian berasal dari China, terutama Provinsi Hubei. Arab Saudi bahkan menunda visa kunjungan umrah ke Mekah karena virus corona.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, virus corona mengganggu alur permintaan dan penawaran minyak di pasar global. “Dengan menyebarnya virus corona mengakibatkan permintaan berkurang namun supply bertambah,” terangnya.
Baca Juga: Penyebaran virus corona ke berbagai negara membuat harga minyak terus tertekan
Meskipun OPEC dan OPEC+ merencanakan untuk menambah kuota pemangkasan produksi minyak mentah, namun supply terhadap minyak mentah akan tetap melimpah. Hal ini didorong berkurangnya jumlah perjalanan pariwisata karena wabah virus corona. “Berdasarkan data API, penyediaan minyak mentah mengalami kenaikan 1,3 juta barel per hari pekan lalu,” kata Ibrahim.
Melihat beratnya prospek minyak tahun ini Wahyu dan Ibrahim memprediksi, harga minyak dapat anjlok lebih dalam pada semester pertama tahun ini. Wahyu memprediksi harga minyak akan bergerak pada rentang US$ 40 hingga US$ 60 per barel. Sedangkan Ibrahim memprediksi harga akan bergerak direntang US$ 43 sampai US$ 56 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News