Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia kembali mengalami tekanan pada Kamis (9/1) pagi, memperpanjang penurunan sehari sebelumnya. Penurunan dinilai akibat laporan peningkatan besar pada persediaan bahan bakar Amerika Serikat (AS) pekan lalu.
Mengutip Bloomberg, Kamis (9/1) pukul 10.17 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 ada di US$ 73,15 per barel, turun 0,23% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 73,32 per barel.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha melihat, secara teknikal kombinasi candlestick dan indikator Moving Average, tren bullish pada WTI menunjukkan tanda-tanda melemah.
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Dipicu Peningkatan Persediaan Bahan Barkar AS dan Penguatan Dolar
Dalam proyeksi hari ini, harga minyak WTI diperkirakan memiliki potensi turun hingga level US$ 71,8 per barel.
"Namun, jika harga gagal menembus level tersebut dan mengalami rebound, target kenaikan terdekat dapat mencapai US$ 75,8 per barel," tulisnya dalam riset, Kamis (9/1).
Sinyal pelemahan ini dinilai sejalan dengan peningkatan signifikan dalam persediaan bahan bakar AS. Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa stok bensin naik sebesar 6,3 juta barel menjadi 237,7 juta barel, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 1,5 juta barel.
Selain itu, stok sulingan juga naik 6,1 juta barel dalam seminggu menjadi 128,9 juta barel, melampaui ekspektasi pasar sebesar 600.000 barel.
Meskipun demikian, persediaan minyak mentah justru mengalami penurunan sebesar 959.000 barel, lebih besar dari perkiraan penarikan sebesar 184.000 barel.
Baca Juga: Harga Minyak Naik pada Selasa (8/1) Pagi, Didorong Cuaca Dingin di AS
Penurunan harga minyak pada minggu ini juga didorong oleh penguatan dolar AS, yang membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Sementara itu, peningkatan besar pada stok bahan bakar AS mencerminkan adanya penurunan permintaan yang memicu aksi jual di pasar.
Meski melemah, Andy melihat penurunannya tertahan oleh kekhawatiran akan pengetatan pasokan akibat kebijakan produksi OPEC dan Rusia.
Survei Reuters menunjukkan bahwa produksi OPEC pada bulan Desember menurun setelah dua bulan peningkatan, dipicu oleh pemeliharaan ladang minyak di Uni Emirat Arab.
Selain itu, premi kontrak bulan pertama WTI terhadap kontrak enam bulan mencapai level tertinggi sejak Agustus 2024.
"Hal ini mencerminkan kekhawatiran pasar akan pasokan yang lebih ketat dan ekspektasi meningkatnya permintaan, terutama dari China," terangnya.
Ke depan, fokus utama pasar akan tertuju pada tren permintaan energi dari China, kebijakan energi dari pemerintahan AS, serta perkembangan situasi geopolitik terkait perang Rusia-Ukraina. Musim dingin di belahan bumi utara juga diperkirakan akan meningkatkan permintaan bahan bakar, membatasi pelemahan harga minyak lebih lanjut.
"Dengan adanya berbagai faktor ini, pasar minyak dihadapkan pada ketidakpastian tinggi yang dapat mempengaruhi pergerakan harga dalam jangka pendek," tutupnya.
Selanjutnya: Muncul Wacana Libur Sekolah Selama Ramadan, Pakar Unair Ungkap Dampaknya
Menarik Dibaca: Ini 6 Manfaat Utama Olahraga Yoga bagi Kesehatan dan Kesejahteraan Hidup
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News