Reporter: Sugeng Adji Soenarso, Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak stagnan cenderung melemah di perdagangan terakhir bulan Februari 2024. Kamis (29/2) pukul 13.01 WIB, harga minyak WTI kontrak April 2024 turun tipis 0,04% ke US$ 78,50 per barel. Sedangkan harga minyak Brent kontrak April 2024 stagnan di angka US$ 83,68 per barel.
Harga minyak mentah berjangka turun setelah Federal Reserve berpegang teguh pada keputusannya untuk menunda pemotongan suku bunga dalam waktu dekat. Sementara peningkatan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) menambah tekanan lebih lanjut.
Persediaan minyak mentah AS naik 4,2 juta barel pada pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA). Penambahan stok minyak ini melampaui ekspektasi para analis sebesar 2,74 juta barel.
Stok telah meningkat selama lima minggu berturut-turut karena penghentian kilang yang tidak direncanakan menyusul badai musim dingin di bulan Januari, serta rencana perbaikan pabrik.
“Peningkatan persediaan minyak mentah mingguan AS di atas perkiraan sekali lagi menyeret harga minyak berjangka lebih rendah,” kata Gaurav Sharma, seorang analis independen kepada Reuters.
Baca Juga: Diadang Pelemahan Harga Komoditas, Intip Prospek Emiten Tambang Tahun Ini
Tingkat pemanfaatan kilang di AS naik tipis 0,9 poin persentase pada minggu lalu menjadi 81,5% dari total kapasitas. Tetapi, okupansi kilang berada di bawah rata-rata musiman 10 tahun. Kilang-kilang telah beroperasi di bawah tingkat pemanfaatan 83% selama sebulan terakhir, yang merupakan rekor terpanjang dalam hampir tiga tahun.
“Para pengilangan masih banyak yang absen, dan tidak melakukan upaya nyata untuk segera keluar dari penutupan yang terjadi setelah cuaca dingin,” kata John Kilduff, partner di Again Capital yang berbasis di New York.
Kilduff menambahkan, pemadaman yang sedang berlangsung di kilang Whiting milik BP yang berkapasitas 435.000 barel per hari di Indiana, pabrik terbesar di Midwest, juga telah mengurangi tingkat stok bahan bakar.
Stok bensin telah turun selama empat minggu berturut-turut ke level terendah dalam dua bulan di 244,2 juta barel. Stok bensin berada di sekitar 2% di bawah rata-rata lima tahun untuk sepanjang tahun ini, kata EIA.
“Jika tren ini berlanjut selama enam hingga delapan minggu ke depan, kita bisa melihat persediaan bensin semakin menipis seiring memasuki musim panas,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Baca Juga: Harga Minyak Tertekan Oleh Stok Minyak AS yang Melonjak
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, harga minyak masih berpotensi menguat. Salah satu faktor utama yang memainkan peran penting dalam kenaikan harga minyak adalah konflik di Timur Tengah. Sebelumnya, serangan Iran terhadap kapal Inggris di sekitar Laut Merah telah meningkatkan ketegangan di wilayah tersebut.
Selain itu, konflik antara Israel dan Hamas juga masih tinggi, memberikan tekanan tambahan terhadap pasar minyak. "Konflik-konflik tersebut masih menjadi pendorong utama harga minyak," ujarnya dalam riset, Kamis (29/2).
Dia mengatakan, meski turun, harga minyak mentah WTI memiliki support pada US$ 75,84 dan resistance pada US$ 79,61.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News