kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak anjlok lebih dari 1% setelah persedian minyak AS membludak


Rabu, 21 Oktober 2020 / 15:41 WIB
Harga minyak anjlok lebih dari 1% setelah persedian minyak AS membludak
ILUSTRASI. Harga minyak melemah


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak mentah kembali melemah setelah stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) meningkat. Padahal di saat yang sama, harga emas hitam ini masih dibebani oleh kekhawatiran tentang lonjakan kasus Covid-19 yang menghambat pemulihan permintaan bahan bakar.

Rabu (21/10) pukul 15.30 WIB, harga minyak berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2020 berada di US$ 42,52 per barel, turun 62 sen, atau 1,4%.

Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Desember 2020 juga melemah turun 58 sen, atau 1,4% ke level US$ 41,12 per barel. 

Baca Juga: Pekan ketiga Oktober 2020, batubara dan nikel masih jadi komoditas juara

Kedua harag acuan tersebut ditutup menguat pada sesi sebelumnya.

"Penumpukan inventaris minyak AS, bersama dengan kebangkitan kembali kasus Covid-19 baru-baru ini di seluruh dunia, mendorong investor untuk membuat penyesuaian posisi," kata Chiyoki Chen, Chief Analyst di Commodity Broker Sunward Trading.

Berdasarkan data American Petroleum Institute (API), persediaan minyak mentah AS naik 584.000 barel dalam pekan lalu. Ini membuat persediaan minyak di Negeri Paman Sam capai 490,6 juta barel pada pekan yang berakhir 16 Oktober tersebut. 

Asal tahu saja, jumlah ini berbanding terbalik dari hasil survei analis pada jajak pendapat yang dilakukan Reuters, di mana hasilnya terjadi penurunan persediaan hingga 1 juta barel.

Menambah tekanan, kasus Covid-19 di seluruh dunia sudah melampaui 40 juta pada hari Selasa, dengan beberapa bagian Eropa memberlakukan langkah-langkah penguncian baru.

Di sisi pasokan, menteri energi Rusia mengatakan pada hari Selasa terlalu dini untuk membahas masa depan pembatasan produksi minyak global setelah Desember, kurang dari seminggu setelah mengatakan rencana untuk mengurangi pembatasan produksi yang ada harus dilanjutkan.

Awal tahun ini, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, sepakat untuk memangkas pengurangan produksi pada Januari dari 7,7 juta barel per hari (bph) saat ini menjadi sekitar 5,7 juta barel per hari.

Pada saat yang sama, anggota OPEC Libya, yang dibebaskan dari pemotongan, juga meningkatkan produksi setelah konflik bersenjata menutup hampir semua produksi negara itu pada Januari, memompa lebih banyak minyak ke pasar yang kelebihan pasokan.

Baca Juga: Harga minyak mentah merosot ke US$ 41,50 per barel, tertekan pasokan AS

Sementara itu, beberapa dukungan untuk harga datang dari Gedung Putih dan Demokrat di Kongres AS semakin mendekati kesepakatan tentang paket bantuan virus korona baru yang dapat meningkatkan permintaan bahan bakar karena Presiden Donald Trump mengatakan dia bersedia menerima tagihan bantuan yang besar.

"Harapan untuk stimulus ekonomi di Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk memerangi penurunan konsumsi yang disebabkan pandemi diperkirakan akan membatasi kerugian, tetapi pengurangan yang direncanakan dalam pengurangan produksi oleh OPEC + juga akan membatasi keuntungan di masa depan," kata Satoru Yoshida, commodity analyst. 

Di sisi lain, Rakuten Securities memprediksi, potensi naik dan turun $ 5 per barel sepanjang tahun.

Selanjutnya: Prospek emiten tambang logam mineral

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×