Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - LONDON. Harga minyak mentah mulai rebound setelah mendapat dukungan dari data China yang kuat. Di sisi lain, kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan dan lonjakan pasokan setelah Norwegia, Teluk Meksiko dan Libya kembali produksi tetap membebani harga.
Selasa (13/10), pukul 16.30 WIB, harganya minyak mentah berjangka Brent kontrak pengiriman Desember 2020 naik 60 sen atau 1,4% menjadi US$ 42,32 per barel.
Setali tiga uang, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman November 2020 naik 63 sen atau 1,6% ke level US$ 40,06 per barel.
Baca Juga: Harga minyak mentah stabil, kekhawatiran banjir produksi masih membayangi
Sokongan bagi kebaikan harga minyak mentah datang setelah China, importir minyak mentah terbesar dunia, menerima 11,8 juta barel per hari (bph) minyak pada September. Jumlah ini naik 5,5% dari Agustus dan naik 17,5% dari September tahun lalu.
"Saat ini, permintaan minyak didorong terutama oleh China," kata Commerzbank.
Namun di sisi lain, International Energy Agency (IEA), dalam World Energy Outlook menyebut jika vaksin dan terapi Covid-19 dapat ditemukan segera berarti ekonomi global pulih pada 2021 dan permintaan energi pulih pada 2023.
Tetapi untuk skenario terburuk, maka pemulihan dapat yang tertunda ke garis waktu yang didorong mundur dua tahun.
"Era pertumbuhan permintaan minyak global akan berakhir dalam 10 tahun mendatang, tetapi dengan tidak adanya perubahan besar dalam kebijakan pemerintah, saya tidak melihat tanda yang jelas dari puncaknya," kata kepala IEA Fatih Birol kepada Reuters.
Langkah-langkah penguncian diperketat di Inggris dan Republik Ceko untuk memerangi meningkatnya kasus Covid-19 membebani harga. Terlebih, kini Perdana Menteri Prancis Jean Castex sudah mengatakan bahwa dia tidak dapat mengesampingkan penguncian lokal.
Baca Juga: Ekspor produk minyak sawit turun 14,3% di Agustus
Harga minyak juga menghadapi tekanan dari sisi penawaran.
Pekerja telah kembali ke anjungan Teluk Meksiko AS setelah Badai Delta dan pekerja Norwegia ke rig lepas pantai di sana setelah mengakhiri pemogokan. Sementara anggota OPEC Libya pada mencabut keadaan kahar di ladang minyak Sharara pada Minggu (11/10).
Total produksi Libya pada hari Senin diperkirakan mencapai 355.000 barel per hari. Pengembalian penuh ladang Sharara 300.000 bpd hampir dua kali lipatnya.
Selanjutnya: Inilah 9 negara terkaya di dunia, Indonesia urutan berapa?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News