kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.779   -19,00   -0,12%
  • IDX 7.470   -9,22   -0,12%
  • KOMPAS100 1.154   0,14   0,01%
  • LQ45 915   1,41   0,15%
  • ISSI 226   -0,75   -0,33%
  • IDX30 472   1,48   0,31%
  • IDXHIDIV20 570   2,21   0,39%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,97   0,69%
  • IDXQ30 158   0,51   0,33%

Harga minyak acuan kompak menguat di tengah ancaman Badai Beta


Senin, 21 September 2020 / 11:17 WIB
Harga minyak acuan kompak menguat di tengah ancaman Badai Beta
ILUSTRASI. Harga minyak mentah naik tipis


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak mentah naik tipis pada perdagangan hari ini karena badai tropis kembali melanda Amerika Serikat (AS). Meski begitu, kenaikan harga emas hitam ini dibatasi oleh potensi kembalinya produksi minyak di Libya dan terus meningkatnya kasus virus corona global.

Mengutip Reuters, Senin (21/9) pukul 11.00 WIB, harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman November 2029 naik 9 sen atau 0,2% menjadi US$ 43,24 per barel. 

Serupa, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) naik 10 sen atau 0,2% ke US$ 42,21 per barel.

Sokongan bagi minyak datang setelah sejumlah produsen minyak di Pantai Teluk AS kembali mengevakuasi pekerjanya. Terbaru, Royal Dutch Shell Plc menghentikan beberapa produksi minyak dan mulai mengevakuasi pekerja dari Teluk Meksiko sejak akhir pekan lalu.

Baca Juga: Siapkan pemboran 44 sumur, Pertamina percepat transisi data eksplorasi Blok Rokan

Badai Tropis Beta diperkirakan akan membawa 1 kaki atau sekitar 30 sentimeter hujan ke bagian pesisir Texas dan Louisiana. Badai Beta bakal menjadi badai ke-23 yang dinamai pada musim badai Atlantik di tahun ini bakal sampai ke darat pada Senin malam, kata Pusat Badai Nasional.

Produsen minyak dan gas telah memulai kembali operasi lepas pantai mereka selama akhir pekan setelah diganggu oleh Badai Sally. Sekitar 17% dari produksi minyak lepas pantai AS di Teluk Meksiko dan hampir 13% dari produksi gas alam mati pada awal September setelah gelombang dan angin dari Badai Sally.

Di tempat lain, National Oil Corp Libya sudah mencabut keadaan kahar dan menganggap aman kawasan pelabuhan dan fasilitas minyak pada hari Sabtu (19/9), tetapi mengatakan tindakan itu akan tetap berlaku untuk fasilitas tempat para pejuang tetap berada.

"Pasar tidak mampu membeli lebih banyak minyak mentah yang masuk ke pasar," kata analis ANZ dalam sebuah catatan pada hari Senin.

Kebangkitan kasus virus corona secara global juga bertindak sebagai penghambat permintaan minyak mentah. Lebih dari 30,78 juta orang telah dilaporkan terinfeksi oleh virus corona baru secara global dan 954.843 telah meninggal, menurut penghitungan Reuters.

Baca Juga: Harga minyak terkoreksi, dipicu kekhawatiran pemulihan permintaan pasca pandemi

"Sulit untuk bersemangat tentang kenaikan permintaan minyak mentah karena virus melonjak di Prancis, Spanyol, dan Inggris, bersama dengan kekhawatiran bahwa AS tampaknya siap untuk setidaknya satu siklus lagi di musim gugur dan musim dingin," kata Edward Moya, Senior Market Analyst OANDA.

"Bahkan jika pasar energi tidak melihat produksi Libya kembali atau jika musim badai mereda, harga minyak tidak dapat menghilangkan prospek permintaan yang menyusut," pungkas dia.

Selanjutnya: Badai Beta bikin harga minyak acuan berbalik menguat tipis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×