Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak mentah terus membara. Pada pekan yang berakhir pada 18 Juni lalu, harga minyak berada di jalur penguatan untuk minggu keempat usai OPEC memperkirakan pertumbuhan produksi minyak Amerika Serikat (AS) terbatas di tahun ini meskipun ada kenaikan harga.
Pejabat di OPEC mendapatkan prospek produksi AS dari pakar industri, kata sumber OPEC kepada Reuters. Ini akan memberi kelompok produsen lebih banyak kekuatan untuk mengelola pasar sebelum potensi lonjakan produksi serpih pada tahun 2022 mendatang.
Jumat (18/6), harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Agustus 2021 naik 0,6% dan ditutup di level US$ 73,51 per barel.
Serupa, harga minyaka mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Juli 2021 juga ditutup melonjak 0,8% menjadi US$ 71,64 per barel.
Kedua harga minyak acuan ini berada di kenaikan mingguan sekitar 1,1%.
"Pasar minyak reli karena OPEC skeptis bahwa peningkatan produksi minyak AS akan cukup untuk mengubah rencana mereka untuk mendukung harga," kata Phil Flynn, Senior Analyst Price Futures Group di Chicago.
Baca Juga: Minyak tergelincir lagi di tengah melonjaknya dolar AS, tetapi bertahan di atas US$70
Pada hari Rabu (16/6), Brent menetap pada harga tertinggi sejak April 2019 dan WTI ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2018.
Namun, kenaikan dibatasi oleh kekhawatiran yang berkepanjangan tentang pandemi dan dolar AS yang lebih kuat. Hal tersebut membuat harga minyak lebih mahal dalam mata uang lainnya.
Sumber Reuters mengatakan bahwa pada hari Selasa, pejabat dari Dewan Komisi Ekonomi OPEC (ECB) dan presenter eksternal menghadiri pertemuan yang berfokus pada output AS. OPEC mendengar lebih banyak tentang prospek 2021 dan 2022 pada pertemuan terpisah pada hari Kamis.
Sementara, ada kesepakatan umum tentang pertumbuhan pasokan AS yang terbatas tahun ini, sumber industri mengatakan untuk perkiraan 2022 berkisar antara pertumbuhan antara 500.000 dan 1,3 juta barel per hari.
"Sentimen umum mengenai shale adalah akan kembali karena harga naik tetapi tidak terlalu cepat," kata sumber di salah satu perusahaan yang memberikan perkiraan kepada OPEC.
Harga minyak yang lebih tinggi telah mendorong beberapa perusahaan energi AS kembali ke landasan sumur. Jumlah rig minyak, indikator awal produksi masa depan, naik delapan minggu ini menjadi 373, tertinggi sejak April 2020, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Pada hari Kamis, negosiator utama Iran mengindikasikan kesepakatan sudah dekat dalam pembicaraan antara Teheran dan Washington tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015. Hal ini menambah tekanan pada harga.
Selanjutnya: Saham-saham yang banyak diobral dan ditadah asing dalam sepekan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News