kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45911,43   8,09   0.90%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak acuan ditutup melemah, terseret potensi pelemahan permintaan global


Jumat, 07 Agustus 2020 / 06:14 WIB
Harga minyak acuan ditutup melemah, terseret potensi pelemahan permintaan global


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak melayang di bawah level tertinggi lima bulan pada penutupan perdagangan Kamis (6/8). Katalis negatif bagi emas hitam datang terkait penurunan permintaan bahan bakar yang akhirnya menangkal optimisme tentang pengurangan pasokan Irak. 

Kamis (6/8), harga minyak mentah jenis Brent kontrak pengiriman Oktober 2020 di ICE Futures ditutup melemah 8 sen menjadi US$ 45,09 per barel. 

Serupa, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman September 2020 di Nymex ditutup turun 24 sen ke US$ 41,95 per barel. Pelemahan ini menghentikan kenaikan harga minyak yang sudah berlangsung empat hari berturut-turut. 

Baca Juga: Jelang stimulus baru, Wall Street terus melaju, Nasdaq ditutup di atas 11.000

Kekhawatiran bahwa permintaan tertekan oleh perlambatan ekonomi akibat pandemi virus corona sangat mempengaruhi pergerakan harga minyak jelang penutupan. "Kini, semua orang sedang menunggu paket bantuan virus corona untuk memberikan peningkatan pada ekonomi," kata Phil Flynn, Senior Analyst Price Futures Group di Chicago.

Di awal sesi, harga minyak sempat melonjak karena persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang turun di pekan lalu serta pengurangan produksi yang direncanakan Irak. 

Irak mengatakan, akan melakukan pemotongan tambahan dalam produksi minyaknya sekitar 400.000 barel per hari pada bulan Agustus untuk mengkompensasi kelebihan produksi selama periode sebelumnya. Asal tahu saja, di bulan Mei, Irak gagal mematuhi pemangkas produksi di bawah pakta pengurangan pasokan oleh OPEC+.

Dolar AS yang lebih lemah juga sempat mendukung harga minyak karena membuat minyak yang ditransaksikan dalam the greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Indeks dolar, yang mengukur the greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, mencatat penurunan persentase bulanan terbesar dalam satu dekade di bulan Juli, dan jajak pendapat Reuters menemukan analis memperkirakan akan terus jatuh ke tahun depan.

Indeks dolar naik sekitar 0,1% pada Kamis, setelah jatuh selama dua sesi, tetapi tetap dekat posisi terendah dua tahun.

Namun, para investor minyak tetap waspada dengan meningkatnya persediaan produk olahan AS pada saat The Federal Reserve mengatakan kebangkitan kasus virus corona memperlambat pemulihan ekonomi di konsumen minyak terbesar dunia.

Baca Juga: Makin berkilau, harga emas lanjutkan pemecahan rekor tertinggi sepanjang masa

"Dalam jangka menengah permintaan yang lemah kemungkinan akan lebih berat daripada sentimen positif (mendukung), itulah sebabnya kami memperkirakan harga akan terkoreksi dalam waktu dekat," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.

JPMorgan memangkas perkiraan permintaan minyak untuk paruh kedua tahun ini sebesar 1,5 juta barel per hari, tetapi menaikkan perkiraan harga Brent rata-rata untuk sepanjang tahun menjadi $ 42 per barel dari $ 40.

Raksasa minyak negara Arab Saudi Aramco memangkas harga jual resmi (OSP) September untuk minyak mentah ringan Arabnya untuk pengiriman ke Asia sebesar 30 sen per barel dari Agustus, dan membiarkan harga ke AS tidak berubah dari bulan sebelumnya.

Ini secara singkat memberikan kekuatan ke pasar, memadamkan kekhawatiran sebelumnya bahwa produsen akan memangkas harga, memicu perang harga lainnya, kata Bob Yawger, direktur Energy Futures di Mizuho di New York.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×