Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
Dolar AS yang lebih lemah juga sempat mendukung harga minyak karena membuat minyak yang ditransaksikan dalam the greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Indeks dolar, yang mengukur theĀ greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama, mencatat penurunan persentase bulanan terbesar dalam satu dekade di bulan Juli, dan jajak pendapat Reuters menemukan analis memperkirakan akan terus jatuh ke tahun depan.
Indeks dolar naik sekitar 0,1% pada Kamis, setelah jatuh selama dua sesi, tetapi tetap dekat posisi terendah dua tahun.
Namun, para investor minyak tetap waspada dengan meningkatnya persediaan produk olahan AS pada saat The Federal Reserve mengatakan kebangkitan kasus virus corona memperlambat pemulihan ekonomi di konsumen minyak terbesar dunia.
Baca Juga: Makin berkilau, harga emas lanjutkan pemecahan rekor tertinggi sepanjang masa
"Dalam jangka menengah permintaan yang lemah kemungkinan akan lebih berat daripada sentimen positif (mendukung), itulah sebabnya kami memperkirakan harga akan terkoreksi dalam waktu dekat," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.
JPMorgan memangkas perkiraan permintaan minyak untuk paruh kedua tahun ini sebesar 1,5 juta barel per hari, tetapi menaikkan perkiraan harga Brent rata-rata untuk sepanjang tahun menjadi $ 42 per barel dari $ 40.
Raksasa minyak negara Arab Saudi Aramco memangkas harga jual resmi (OSP) September untuk minyak mentah ringan Arabnya untuk pengiriman ke Asia sebesar 30 sen per barel dari Agustus, dan membiarkan harga ke AS tidak berubah dari bulan sebelumnya.
Ini secara singkat memberikan kekuatan ke pasar, memadamkan kekhawatiran sebelumnya bahwa produsen akan memangkas harga, memicu perang harga lainnya, kata Bob Yawger, direktur Energy Futures di Mizuho di New York.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News