kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45863,29   1,62   0.19%
  • EMAS1.361.000 -0,51%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Masih Fluktuatif, Simak Rekomendasi Analis untuk Emiten Baja


Senin, 17 Juni 2024 / 17:15 WIB
Harga Masih Fluktuatif, Simak Rekomendasi Analis untuk Emiten Baja
ILUSTRASI. Produsen pipa baja PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) atau Spindo.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan untuk industri baja dinilai masih berat. Hal ini pun dinilai mempengaruhi kinerja emiten selama kuartal II 2024.

Melansir Trading Economics, harga baja sekarang ada di level CNY 3.455 per ton, turun 0,49% secara bulanan dan turun 8,65% secara tahunan.

Sekretaris Perusahaan PT Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP), Johanes W Edward mengatakan, penurunan harga baja tentu akan berdampak pada average selling price (ASP) Perseroan.

“Namun, kenaikan harga baja terhadap kinerja Perseroan juga tidak berdampak material,” ujarnya kepada Kontan, Jumat (14/6).

Baca Juga: Steel Pipe (ISSP) Yakin Kinerja Terjaga di Tengah Fluktuasi Harga Baja

Saat ini, kontribusi proyek pemerintah ke kinerja ISSP sebesar 40%-50%. Menurut Johanes, saat ini porsi proyek dari swasta dan pemerintah sudah mulai seimbang.

“Sumbangan dari proyek IKN juga tidak terlalu banyak. Karena proyek lain, baik dari pemerintah maupun swasta, sudah mulai bergerak lagi,” paparnya.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor produk baja sepanjang kuartal I-2024 meningkat 38,3%, dari 3,81 juta ton menjadi 5,27 juta ton. Dari sisi impor, volumenya turun 10,2%, dari 3,91 juta ton menjadi 3,51 juta ton.

ISSP mengatakan, Perseroan telah menetapkan target ekspor sampai 10% dari produksi di tahun 2024. Sementara, penjualan untuk pasar domestik mulai sekitar 90% dari total produksi.

“Untuk ekspor, tetap kami targetkan sekitar 10%. Banyak tantangan yang terjadi belakangan dalam aktivitas ekspo, misalnya shipping cost,” ungkapnya.

Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Catat Rugi Rp 2,03 Triliun di Tahun 2023

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai, kinerja emiten baja sangat bergantung pada tingkat permintaan industri, baik domestik maupun global. Hal tersebut bisa menjadi bumerang, mengingat harga baja global masih sangat fluktuatif.

“Harga baja dunia itu fluktuatif. Beberapa waktu lalu sempat mengalami penguatan, karena pada saat itu kan dipengaruhi oleh membaiknya situasi perekonomian global pasca pandemi,” ujarnya kepada Kontan, Sabtu (16/6).

Nafan melihat, kondisi industri baja saat ini masih cukup elastis. Namun, kondisi ini bisa semakin memburuk jika The Fed memutuskan menahan suku bunga di tingkat tinggi dalam waktu yang lebih lama.

Hal ini akan mempengaruhi tingkat bunga utang. Padahal, industri kontruksi penuh dengan utang, seperti dalam penerbitan obligasi. Sementara, pelanggan utama dari emiten baja adalah industri konstruksi.

“Suku bunga yang tinggi akan mengurangi likuiditas perusahaan kontruksi dan akan mengurangi potensi terjadinya permintaan pada sektor baja. Sehingga, akan membuat harga baja fluktuatif,” paparnya.

Nafan melihat, rata-rata kinerja emiten baja di kuartal I masih belum mencatatkan kinerja yang bagus. Lihat saja, ISSP mencatatkan penjualan sebesar Rp 1,37 triliun per kuartal I 2024. Hasil ini susut 20,95% secara tahunan dari semula Rp 1,73 triliun per kuartal I 2023.

Untungnya, ISSP masih bisa mencatatkan kenaikan tipis laba bersih sebesar 1,73% menjadi Rp 108,84 miliar di periode tersebut. Di periode serupa pada tahun 2023, raihan labanya Rp 106,99 miliar.

Penjualan PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) juga turun ke US$ 162,55 juta di kuartal I 2024, dari sebelumnya US$ 210,25 juta di kuartal I 2023. Laba bersih GGRP tercatat naik ke US$ 13,59 juta, dari US$ 5,85 juta di kuartal I 2023.

Sementara, PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) belum melaporkan laporan keuangan kuartal I 2023.

Menurut Nafan, harga saham emiten baja juga masih belum likuid. Alhasil, Nafan belum memberikan rekomendasi untuk saham emiten baja.

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat, pergerakan saham ISSP berada di level support Rp 244 per saham dan resistance Rp 290 per saham. Sementara, pergerakan saham KRAS ada di level support Rp 80 per saham dan resistance Rp 100 per saham. William pun masih merekomendasikan wait and see untuk ISSP dan KRAS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Pre-IPO : Explained Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM)

[X]
×