Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjalani tiga bulan pertama di tahun 2022 dengan kinerja yang positif, kinerja logam mulia justru berbanding terbalik sepanjang kuartal II-2022.
Komoditas logam mulai seperti emas, perak, paladium hingga platinum tertekan dan mencatatkan kinerja negatif di periode April-Juni 2022.
Di antara semua komoditas logam mulia, perak memiliki kinerja yang paling buruk. Di mana, pada kuartal II-2022, perak ambles 20,53%. Disusul, paladium yang melemah 14,95%, platinum turun 9,68% dan emas koreksi 8,01%.
Founder Traderindo.com Wahyu Laksono mengungkapkan, jika sepanjang kuartal I-2022, kinerja logam mulia terangkat oleh optimisme pemulihan ekonomi dan membaiknya permintaan. Namun, di kuartal II-2022 justru sentimen negatif yang menyelimuti pasar logam mulia yakni kenaikan suku bunga agresif yang dilakukan oleh bank sentral global.
Baca Juga: Transaksi Jual Beli Emas dalam Platform Digital Semakin Cemerlang
Menurutnya, memasuki kuartal III-2022, sentimen tersebut masih akan jadi penggerak utama di pasar. Hal ini seiring dengan keputusan bank sentral global yang mengetatkan kebijakan moneter demi meredam laju inflasi yang tinggi. Hanya saja, tingginya inflasi tidak diimbangi dengan membaiknya ekonomi sehingga dikhawatirkan justru memicu terjadinya resesi.
“Jadi, masih terbuka kemungkinan harga logam mulia kembali tertekan, atau setidaknya belum akan naik signifikan pada sisa tahun ini,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (1/7).
Walau begitu, ia melihat, dengan adanya potensi perlambatan ekonomi di depan mata, emas punya potensi untuk mencatatkan kinerja yang lebih baik karena sifatnya yang sebagai safe haven. Akan tetapi, logam mulia lainnya yang digunakan untuk kebutuhan industri justru diselimuti outlook yang suram seiring dengan perlambatan ekonomi.
Sebagai informasi, perak digunakan untuk pembuatan panel surya dan barang elektronik, lalu platinum dan paladium yang digunakan untuk bahan baku sistem gas buang industri otomotif.
Pada akhirnya, menurutnya, hal ini tersebut bisa semakin memperparah fundamental ketiganya. Padahal, sentimen kelangkaan semikonduktor yang menghambat produksi mobil, perlambatan penjualan mobil di China akibat Covid-19 yang masih melanda, hingga turunnya permintaan dari konsumen seiring kekhawatiran perlambatan ekonomi telah menekan ketiganya.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,67% ke 6.748,63 di Awal Perdagangan Hari Ini (4/7)
Alhasil, fokus pasar kini bergeser dari potensi kurangnya pasokan, menjadi turunnya permintaan. Ini akan memberatkan outlook perak, paladium, hingga platinum pada sisa tahun ini.
“Kemungkinan besar permintaan baru akan membaik ketika ekonomi mulai tumbuh kembali seiring bank sentral yang melonggarkan kebijakan moneter, dan kelangkaan semikonduktor sudah mereda sehingga produksi mobil bisa kembali normal. Tapi sebelum itu, harga ketiganya kemungkinan masih akan tertekan,” imbuhnya.
Wahyu memproyeksikan, harga logam mulia akan cenderung rebound konsolidatif semakin menguat di akhir kuartal IV-2022. Ia pun memperkirakan emas akan berada di kisaran US$ 1.800 - US$ 2.000 per ons troi. Lalu, untuk perak akan ada di rentang US$ 18 - US$ 23 per ons troi.
Sementara untuk paladium dan platinum diperkirakan masing-masing akan ada di area US$ 1.700 - US$ 2.300 dan US$ 600 - US$ 1.000 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News