kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga komoditas mineral masih cemerlang, begini proyeksi dan prospeknya ke depan


Selasa, 14 September 2021 / 18:50 WIB
Harga komoditas mineral masih cemerlang, begini proyeksi dan prospeknya ke depan
ILUSTRASI. Aktivitas pertambangan nikel . ANTARA FOTO/Jojon/hp.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini menjadi periode yang cemerlang bagi sejumlah komoditas tambang mineral. Pasalnya, harga sejumlah komoditas logam masih berada di jalur uptrend hingga saat ini.

Nikel misalnya, per Senin (13/9) harga nikel di London Metal Exchange (LME) berada di level US$ 19.726 per ton, mengutip data Bloomberg. Harga ini sudah naik 18,73% dari harga nikel pada akhir 2020 yang hanya di level US$ 16.613 per ton.

Nasib sama dialami oleh komoditas tembaga. Per Senin (13/9), harga tembaga sudah berada di level US$ 9.562,50 per ton atau naik 23,13% dari harga akhir 2020 di level US$ 7.766,0 per ton.

Tidak ketinggalan, harga komoditas timah juga turut mengilap. Per Senin (13/9), harga timah berada di level US$ 33.498 per ton atau  sudah melesat 64,81% dari harga per akhir 2020 di level US$ 20.325 per ton.

Namun, tidak seperti komoditas mineral lain, harga emas justru terkoreksi sejak awal tahun. Per Senin, harga emas berada di level US$ 1793,67 per oz, menurun 5,51% dari harga penutupan akhir 2020 di level US$ 1.898,36 per oz.

Baca Juga: Harga batubara masih tinggi, Ciptadana Sekuritas pilih ADRO dan PTBA sebagai top pick

Analis menilai, terdapat sejumlah faktor yang mendorong rally harga komoditas logam ini. Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia menilai, naiknya harga nikel secara signifikan tidak terlepas dari sentimen pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Hal ini menyita perhatian pasar, ditambah adanya kabar dari Tsingshan Indonesia yang memilih untuk fokus pada pengembangan EV.

Selain itu, kondisi kelangkaan nikel olahan juga turut mendorong kenaikan harga komoditas logam ini. Dus, MNC Sekuritas memperkirakan rata-rata harga nikel di tahun ini akan berkisar antara US$ 18,000 per ton hingga US$ 19.000 per ton.

Senada, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap menilai, baterai kendaraan listrik berpotensi menjadi pendorong permintaan komoditas logam di masa depan.

Hal ini ditunjukkan dari tren positif penjualan mobil listrik. Juan merinci, pada tahun lalu, penjualan kendaraan listrik tercatat sebanyak 2,3 juta unit, naik pesat dibandingkan angka penjualan pada tahun 2010 yang hanya sebesar 9.800 unit.

Penjualan mobil listrik global diproyeksi akan terus meningkat di masa mendatang, di mana pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat menjadi 22 juta unit atau melesat 850,9% dibandingkan penjualan tahun 2020.

Sama seperti nikel, Catherina menyebut tembaga juga merupakan komoditas yang diunggulkan di masa depan seiring meningkatnya permintaan untuk komponen kendaraan listrik serta pembangkit listrik dengan energi terbarukan. Sementara itu, pasokan dan persediaan tembaga terus menipis.

China yang merupakan salah satu konsumen utama dan importir tembaga telah memutuskan hubungan dengan Australia. "Permintaan tembaga harus dipenuhi dari tempat lain," terang Catherina, Selasa (14/9). 

Baca Juga: Khawatir dampak badai Nicholas, harga minyak capai level tertinggi dalam 6 minggu

Hal ini diperparah dengan mogok kerja dari tambang tembaga terbesar di dunia yang terletak di Chile, yang akan mengganggu produksi dan akan mendorong harga melambung tinggi.

MNC Sekuritas memperkirakan rata-rata harga tembaga pada tahun ini di kisaran US$ 9.000 per ton hingga US$ 10.000 per ton seiring harganya yang masih melaju.

Sementara emas memang tidak begitu berkilau saat ini, dan menjadi komoditas dengan kinerja paling lambat di antara lainnya.  Meski demikian, logam mulia ini sempat rebound di bulan Mei ke level tertingginya di harga US$ 1.906 per oz karena adanya kekhawatiran lonjakan inflasi. 

Kebijakan hawkish jangka panjang The Fed yang berdampak pelemahan dolar AS kemungkinan dapat sedikit mendorong harga emas seiring dengan pemulihan tingkat produksi. MNC Sekuritas memperkirakan harga rata-rata emas akan berada di US$ 1.800 per oz hingga US$ 1.900 per oz di tahun ini. 

Selanjutnya: Harga komoditas mineral melonjak, Berkat Elektrik Sejati Tangguh kerek harga jual AC

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×