kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.151   49,00   0,30%
  • IDX 7.068   84,02   1,20%
  • KOMPAS100 1.055   14,87   1,43%
  • LQ45 830   12,78   1,56%
  • ISSI 214   1,72   0,81%
  • IDX30 423   6,78   1,63%
  • IDXHIDIV20 510   7,73   1,54%
  • IDX80 120   1,71   1,44%
  • IDXV30 125   0,57   0,46%
  • IDXQ30 141   1,92   1,38%

Harga batubara masih tinggi, Ciptadana Sekuritas pilih ADRO dan PTBA sebagai top pick


Selasa, 14 September 2021 / 17:44 WIB
Harga batubara masih tinggi, Ciptadana Sekuritas pilih ADRO dan PTBA sebagai top pick
ILUSTRASI. Kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Barito, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/rwa.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara diproyeksikan masih akan membara dalam waktu dekat. Harga batubara yang sudah berada di level tertingginya diperkirakan masih akan terus bertahan setidaknya hingga akhir tahun ini.

Analis Ciptadana Sekuritas Thomas Radityo dalam risetnya pada 13 September menuliskan, gangguan pasokan dan permintaan batubara thermal China yang berkelanjutan telah mendorong harga batubara Newcastle melonjak 122% year to date menjadi US$ 179,0 ton.

Secara bersamaan, pasokan dari Qinhuangdao China juga turun 21,8% ytd menjadi 4,15 juta ton yang membuat harga batubara Qinhuangdao melonjak 22,8% ytd menjadi 942 yuan/ton. Namun, sebagai upaya menstabilkan harga batubara lokal dan pasokan batubara lokal, pemerintah China telah mendorong beberapa tambangnya untuk meningkatkan produksinya selama sisa tahun ini. 

Sementara di dalam negeri, produksi batubara masih cukup baik dengan berhasil naik 5,2% secara year on year menjadi 298 juta ton pada semester I-2021. Perolehan tersebut telah memenuhi 47,7% dari target tahun 2021. 

“Angka produksi tersebut berada di jalur yang tepat untuk mencapai target setahun penuh sebesar 625 juta ton. Sebagian besar produsen batubara diperkirakan akan mendorong produksi untuk sisa tahun ini,” tulis Thomas dalam risetnya.

Baca Juga: Aliansi LSM Global minta Bank of China Menyetop Pendanaan Proyek Pembangkit Batubara

Selain itu, kenaikan harga batubara dinilai tidak terlepas dari naiknya impor batubara dari Korea Selatan. Menurut catatan media Argus, impor batubara termal Korea Selatan naik 25% yoy menjadi 11,6 juta ton pada Juli, melampaui rekor tertinggi sebelumnya pada September 2017. 

Thomas menyebut, lonjakan impor terjadi karena kombinasi dua hal. Pertama, kebutuhan akan listrik untuk kebutuhan air panas meningkat. Namun, pemadaman nuklir pada akhirnya mengalihkan permintaan tenaga listrik ke batubara. 

Menurutnya, hal ini setidaknya akan terjaga hingga akhir tahun sehingga akan membawa sentimen positif bagi pasar batubara dalam jangka pendek.

Berdasarkan beberapa hal yang disebutkan di atas, Thomas meyakini harga batubara masih akan tetap stabil hingga akhir tahun. Namun, ia menilai harga batubara akan segera mulai terkonsolidasi dan mulai normal kembali memasuki tahun 2022 dan seterusnya karena negara-negara produsen batubara akan mulai meningkatkan produksi, yang berpotensi melebihi pertumbuhan permintaan dalam jangka panjang. 

“Dengan pertimbangan tersebut, kami menaikkan harga patokan batubara untuk 2021-2023 masing-masing sebesar 53,8%, 20,0% dan 7,1% menjadi US$ 120, US$ 90 dan US$ 75/ton,” imbuh Thomas.

Saat ini, Ciptadana Sekuritas masih menjadikan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sebagai top pick untuk emiten sektor batubara. Adapun Thomas merekomendasikan beli kedua saham tersebut dengan masing-masing target harga Rp 1.750 dan Rp 2.650. 

Keduanya dijadikan pilihan karena secara pergerakan harga saham year to date masih underperformed, padahal kedua emiten tersebut memiliki cadangan yang melimpah, portofolio yang terdiversifikasi, sistem penambangan terintegrasi dan potensi hasil dividen tahun 2022 yang menarik (ADRO:12,7% & PTBA:15,5%). 

Walau begitu, Ciptadana Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor batubara. Hal ini didasari karena harga batubara yang telah mencapai puncaknya. Selain itu, meningkatnya dorongan ke netralitas karbon (masalah ESG) menciptakan teka-teki yang kompleks bagi produsen batubara.

“Terutama bagi emiten batubara yang nantinya mencari pembiayaan. Selain itu, dampaknya juga akan membatasi potensi pendapatan dalam jangka panjang, meskipun menurut kami batubara termal masih sangat dibutuhkan,” tutup Thomas. 

Selanjutnya: Lonjakan Harga Komoditas Mineral Membayangi Industri Manufaktur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×