kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga komoditas menanjak, diversifikasi sumber energi dinilai jadi langkah tepat


Kamis, 30 September 2021 / 20:13 WIB
Harga komoditas menanjak, diversifikasi sumber energi dinilai jadi langkah tepat
ILUSTRASI. Investor melintas di depan papan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

“Hal ini dikarenakan TPIA memiliki lini bisnis yang sangat terdongkrak oleh peningkatan permintaan di tahun pandemi ini, seperti bahan baku plastik untuk kemasan alat-alat kesehatan. TPIA juga menaikkan harga penjualan dengan menyesuaikan akan kenaikan harga minyak mentah sebagai bahan baku utama untuk produksi petrokimianya,” sambung Frankie.

INTP dan INCO masih atraktif

Menurut Frankie, INTP juga tidak bisa serta merta menaikkan harga jualnya, yang merupakan imbas dari pasar semen yang masih kelebihan pasokan (oversupply) akibat dari perlambatan pembangunan pasca pandemi.

Sementara INCO masih terbantu dari kenaikan harga jual nikel. Terlebih lagi, INCO memiliki produk olahan nikel berkadar 78%, yakni nikel matte, yang bisa tetap diekspor jika wacana larangan ekspor produk olahan nikel berkadar 30%-40% terealisasi.

Dari sisi saham, Frankie menyebut kedua saham ini sebenarnya cukup menarik. INTP dan INCO berhasil menorehkan pertumbuhan pendapatan dan juga laba bersihnya di kuartal II tahun ini. 

Namun, harga saham keduanya tidak merefleksiikan kinerjanya, sehingga ini menjadi cukup menarik untuk dicermati. Untuk INTP, investor bisa memasang target di level Rp  11.500 – Rp 12.000, sementara untuk INCO di level Rp 5.000 - Rp 5.200.

Baca Juga: Emas spot menguat tipis ke US$ 1.729 per ons troi pada pagi ini (30/9)

Dalam risetnya yang diterbitkan Selasa (28/9), Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Mimi Halimin memproyeksikan, profitabilitas INTP kemungkinan tidak sebaik tahun lalu, tetapi efisiensi biaya dan potensi kenaikan harga jual dapat mengurangi risiko kenaikan harga bahan bakar.

Hanya saja, Mimi tetap memperkirakan marjin kotor INTP di tahun ini akan menurun dari tahun lalu. Tahun ini, margin kotor INTP diproyeksikan sebesar 34,6%, menurun dari margin tahun lalu yang mencapai 36,1%.

Mirae Asset Sekuritas masih mempertahankan estimasi total volume penjualan semen INTP tahun ini sebesar 18,1 juta ton, naik dari realisasi penjualan di tahun lalu sebesar 17,1 juta ton. Penjualan ini didukung oleh lebih banyaknya proyek konstruksi di semester ini dan potensi dimulainya kembali kegiatan ekonomi secara bertahap.

Mirae Asset Sekuritas meningkatkan rekomendasi saham INTP menjadi buy dari sebelumnya trading buy. Namun, target harga saham INTP tidak berubah, di level Rp 12.600.

Selanjutnya: Terbawa sentimen krisis energi, harga CPO pecah rekor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×