Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
Peluang rebound muncul saat ada potensi pemulihan permintaan bahan bakar, khususnya setelah vaksin Covid-19 yang dijanjikan WHO bisa diproduksi masal pada 2021. Selain itu, kondisi ekonomi mulai kembali stabil, maka proyek penggunaan energi bersih secara global akan mulai kembali berjalan, sehingga untuk komoditi batubara kemungkinan masih akan mendapat tekanan.
Yoga juga menyangsikan bahwa tren harga komoditas energi bisa rebound di tahun ini. Ini berkaca dari masih banyaknya sentimen yang bakal menekan pergerakan harga komoditas energi di sisa 2020.
Beberapa sentimen tersebut seperti, kondisi ekonomi global saat ini yang masih lesu, ditambah kehadiran pemilu AS di November nanti. "Akan banyak ketidakpastian ekonomi yang memberikan sentimen negatif pada harga komoditas energi," tandasnya.
Baca Juga: Harga minyak mentah lanjutkan pelemahan, Brent kembali ke bawah US$ 40 per barel
Hingga akhir tahun, Yoga memperkirakan harga minyak akan berada di kisaran resistance US$ 47 per barel, hingga US$ 50 per barel. Sedangkan untuk level support berada di level US$ 30 per barel - US$ 27 per barel.
Adapun untuk prospek harga gas, berpotensi bergerak di kisaran resistance US$ 2,8 per MMBtu - US$ 3 per MMBtu, sedangkan untuk kisaran support US$ 2 per MMBtu - US$ 1,8 per MMBtu. Sementara untuk batubara berada di resistance US$ 59 per ton - US$ 62 per ton, dan level support di US$ 48 - US$ 45 per ton.
Selanjutnya: Katalis positif untuk batubara dan nikel, simak saham-saham pilihan pekan ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News