Reporter: Wafidashfa Cessarry | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga komoditas energi bergerak bervariasi di tengah sentimen pasokan global, dinamika cuaca, serta ekspektasi kebijakan moneter yang membentuk arah pergerakan masing-masing komoditas.
Mengutip Trading Economics pada Selasa (9/12/2025) pukul 20.18 WIB, minyak mentah WTI menguat 0,12% ke US$ 58,952 per barel, sementara harga gas alam melemah 3,02% ke US$ 4,76 per MMBtu.
Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, menilai pemulihan produksi minyak Irak menjadi salah satu faktor yang menahan kenaikan. “Pemulihan produksi besar ini menambah pasokan minyak global, yang secara alami menekan harga ke bawah karena kekhawatiran adanya kelebihan pasokan,” ujar Wahyu.
Baca Juga: Punya Prospek Bagus, Manajer Investasi Siap Garap Bisnis ETF Emas
Selain itu, pasar juga mencermati ketidakpastian penyelesaian konflik Rusia–Ukraina yang dapat membuka peluang kembalinya pasokan Rusia ke pasar global.
Penurunan harga gas alam terjadi karena tekanan pasokan dan proyeksi cuaca. Harga komoditas ini melemah setelah perkiraan cuaca musim dingin yang tidak terlalu ekstrem dan kelebihan pasokan global menekan permintaan. Wahyu menjelaskan bahwa harga gas alam global masih tertekan akibat kelebihan pasokan dan proyeksi cuaca yang tidak terlalu dingin dapat mengurangi permintaan untuk pemanas sehingga memperlemah harga.
Menjelang awal 2026, arah energi diperkirakan dipengaruhi tarik-menarik antara surplus pasokan, geopolitik, dan kebijakan bank sentral. Pemulihan permintaan China menjadi katalis positif, sementara potensi perang dagang dan penguatan dolar AS dapat melemahkan permintaan minyak.
Di sisi pasokan, peningkatan produksi AS serta kebijakan produksi OPEC+ menjadi penentu keseimbangan pasar.
Prospek minyak WTI masih menunjukkan kecenderungan melemah di jangka pendek–menengah selama sentimen surplus pasokan bertahan. Dalam jangka panjang, peluang pemulihan dapat muncul apabila defisit investasi energi memicu kekurangan pasokan setelah 2026.
Untuk gas alam, prospek harga bergantung pada tingkat keparahan musim dingin dan dinamika ekspor Liquefied Natural Gas (LNG). Rebound signifikan sejak November menunjukkan respons pasar terhadap peningkatan permintaan pemanas dan aliran LNG AS yang mencapai rekor, tetapi inventaris yang tinggi tetap menjadi faktor penahan.
Baca Juga: Prospek Kinerja DEPO Dinilai Cenderung Moderat di Tahun 2026, Ini Sebabnya
Hingga awal 2026, Wahyu memperkirakan harga WTI berada dalam kisaran moderat sesuai konsensus lembaga riset, yaitu sekitar US$ 52–US$ 64 per barel. Sementara itu, harga gas alam diproyeksikan bergerak lebih volatil dalam rentang luas US$ 3,0–US$ 7,0 per MMBtu, dengan potensi mencapai level US$ 10 per MMBtu pada skenario permintaan ekstrem.
Selanjutnya: 5 Trik Minimalis Biar Ruang Tamu Lebih Luas, Rapi, dan Enak Terlihat oleh Pengunjung
Menarik Dibaca: 5 Trik Minimalis Biar Ruang Tamu Lebih Luas, Rapi, dan Enak Terlihat oleh Pengunjung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













