kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga Gas Alam di Eropa Naik di Tengah Lebihnya Pasokan AS, Ini Penyebabnya


Selasa, 26 Maret 2024 / 21:14 WIB
Harga Gas Alam di Eropa Naik di Tengah Lebihnya Pasokan AS, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Gas alam yang menyala di landasan sumur minyak menyala saat matahari terbenam di luar Kota Watford, Dakota Utara, 21 Januari 2016.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga gas alam masih dalam tekanan. Cuaca yang mulai hangat di awal musim semi hingga pelemahan ekonomi China menjadi pemberatnya.

Mengutip Trading Economics, harga gas alam turun 0,67% ke US$ 1,645/MMBtu pada Senin (25/3) pada pukul 22.00 WIB. Sedangkan pada Selasa (26/3) turun 0,223% ke level US$ 1,786 pada pukul 19.40 WIB. Kemudian dalam sepekan, harganya juga telah turun 0,604% dan sebulan terakhir ambles sebesar 0,55%.

Padahal, harga gas alam di Eropa mengalami lonjakan yang signifikan, melampaui 2% hingga mencapai 29 Euro per megawatt-jam (MWh) pada Senin (25/3). Lonjakan tersebut terjadi setelah muncul laporan tentang serangan Rusia terhadap fasilitas penyimpanan gas alam bawah tanah di Ukraina.

Baca Juga: Beban Berat Pengganti Jokowi, Produksi Minyak Terus Merosot, Konsumsi Kian Menanjak

Meskipun terjadi peningkatan, perusahaan energi negara Ukraina Naftogaz meyakinkan bahwa pasokan gas ke konsumen Ukraina tetap tidak terpengaruh.

Pengamat Komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono mencermati, kenaikan harga gas alam di Eropa tersebut, tidak berpengaruh terhadap harga gas bursa Nymex Amerika Serikat (AS), karena di Eropa tidak ada permasalahan over supply.

Sedangkan di AS sendiri, sedang mengalami over supply akibat banyaknya produksi namun sedikitnya permintaan.

Wahyu mengatakan, sentimen yang membuat harga gas alam turun di bursa Nymex AS karena musim dingin di Eropa dan Amerika Serikat lebih hangat. Dia mengungkapkan, secara global pada bulan Februari - Maret 2024, merupakan bulan terpanas yang pernah tercatat, sehingga permintaan gas untuk bahan penghangat lebih rendah dari biasanya.

Baca Juga: Pasokan Gas Melalui Pipa Tahun 2024 Mengalami Defisit, PGAS dan GTSI Menuai Berkah

Wahyu menyebutkan, sentimen selanjutnya karena jumlah persediaan gas alam AS mencapai hingga 3.836 tcf, lebih tinggi dibandingkan empat tahun sebelumnya. Bahkan pada tahun 2020, stok gas alam mencapai puncaknya yang sebesar 3.958 tcf.

"Banyaknya pasokan, namun tidak diiringi dengan meningkatnya permintaan tentu akan melemahkan harga gas alam," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (8/12).

Untuk itu, ia mengatakan bahwa produsen dan operator pipa gas alam AS mengakui ada kelebihan pasokan yang menggantung di pasar, tetapi mereka percaya bahwa gas akan terus diminati di dalam dan internasional selama beberapa dekade mendatang.

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan AS melihat kemerosotan pasar saat ini sebagai bagian tak terelakkan pada siklus industri.

Meski begitu, ia mengatakan bahwa kelebihan pasokan gas alam AS saat ini akan mereda dalam beberapa bulan mendatang, karena banyak operator yang membatasi produksi sebagai tanggapan atas kemerosotan harga pada Februari hingga Maret 2024. 

Baca Juga: Komitmen TubanPetro Menggagas Keberlanjutan dalam Industri Petrokimia

Selain itu, sentimen lainnya karena China yang merupakan salah satu konsumen utama juga sedang mengalami penurunan ekonomi hingga saat ini.

"Meskipun harga gas alam berada di level multi-year low di Amerika Serikat, produsen dalam negeri terus optimis tentang prospek jangka panjang gas sebagai bahan bakar, baik di Amerika maupun di luar negeri," kata dia.

Wahyu pun memprediksi harga gas alam akan diperdagangkan sekitar US$ 1.580 - US$ 2.700/MMBtu pada akhir kuartal ini. Namun, pada akhir tahun diprediksi harganya akan melonjak karena adanya musim dingin, ke level US$ 4.000 - US$ 6.000/MMBtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×