kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Emas Terus Naik di Tengah Keraguan Soal Prospek Inflasi AS


Rabu, 03 April 2024 / 15:05 WIB
Harga Emas Terus Naik di Tengah Keraguan Soal Prospek Inflasi AS
ILUSTRASI. Emas batangan. REUTERS/Denis Balibouse


Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Rekor kenaikan harga emas kian panjang pada hari Rabu karena kekhawatiran akan tekanan inflasi telah meningkatkan permintaan emas batangan sebagai aset lindung nilai.

Harga emas di pasar spot naik 0,2% menjadi US$ 2,283.76 per ons, pada 0602 GMT, dan sempat mencapai rekor tertinggi pada US$ 2,288.09 di awal sesi. 

“Emas terus menerima aliran safe-haven karena Ukraina terus menyerang infrastruktur minyak Rusia, sampai-sampai mengabaikan kenaikan imbal hasil AS dan prospek The Fed untuk tidak menurunkan suku bunga pada bulan Juni,” kata analis senior City Index, Matt Simpson.

Para pengambil kebijakan Federal Reserve pada hari Selasa mengatakan mereka berpikir akan masuk akal untuk memotong suku bunga AS tiga kali pada tahun ini, bahkan ketika data ekonomi yang lebih kuat baru-baru ini menimbulkan keraguan investor terhadap hasil tersebut.

Baca Juga: Harga Minyak Kian Panas Seiring Meningkatnya Risiko Geopolitik di Rusia dan Israel

Data minggu ini menunjukkan manufaktur AS secara tak terduga mengalami rebound, dengan kenaikan harga bahan mentah memicu kekhawatiran bahwa inflasi akan kembali meningkat.

“Dengan naiknya harga komoditas secara umum, hal ini membawa risiko inflasi lagi. Jadi mungkin investor melakukan lindung nilai terhadap inflasi,” kata Simpson.

Emas, yang digunakan sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan tempat berlindung yang aman selama masa ketidakpastian politik dan ekonomi, telah naik lebih dari 10,8% sepanjang tahun ini dan diperkirakan akan mengalami kenaikan harian ketujuh berturut-turut.

“Saat ini, emas merasakan bahwa inflasi lebih merupakan variabel pendorong dibandingkan suku bunga," kata analis Marex Edward Meir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×