Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emas menjadi salah satu aset investasi yang mencatat tren bullish tahun ini. Namun, terdapat perbedaan dalam laju kenaikan antara emas spot dan emas Antam, meskipun keduanya menunjukkan tren positif.
Berdasarkan Bloomberg, emas spot mengalami kenaikan 29,68% secara year to dated (ytd) menjadi US$ 2.681 per ons troi per 29 November 2024. Sedangkan emas Antam, berdasarkan situs logam mulia melonjak 32,34% (ytd) menjadi Rp 1.514.000 per gram ytd per 29 November 2024.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, mengatakan laju kenaikan harga emas Antam yang lebih signifikan dibanding emas spot disebabkan kondisi pasar lokal di Indonesia, termasuk penawaran dan permintaan, bea masuk, dan pajak.
Baca Juga: Meski Terkoreksi, Harga Emas Masih Bullish dan Bisa Tembus US$ 2.800
Di samping itu, fluktuasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menjadi sentimen memengaruhi harga emas Antam.
"Rupiah yang lebih lemah menyebabkan harga emas lokal lebih tinggi, meskipun harga spot internasional tetap stabil," jelas Sutopo kepada KONTAN, Selasa (3/12).
Sementara untuk emas spot, Sutopo mengatakan pergerakan harganya ditentukan oleh kondisi pasar global, seperti data ekonomi global, suku bunga, dan peristiwa geopolitik.
Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com. Wahyu Tribowo Laksono mengatakan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang menjadi faktor utama dalam menentukan naik-turunnya harga emas lokal. Apabila rupiah melemah, maka harga emas dalam negeri justru akan menguat.
Baca Juga: Tren Harga Emas Masih Bullish, Ini Faktor Pendorongnya
"Sebaliknya, harga emas dalam negeri potensial turun apabila rupiah menguat terhadap dolar. Namun jika dolar AS turun maka emas naik, sehingga logam mulia seperti emas Antam akan mengekor naik," jelas Wahyu kepada KONTAN, Selasa (3/12).
Ke depan, Wahyu memproyeksi emas sangat potensial dalam tren bullish dalam jangka panjang. Sentimen kebijakan The Fed masih menjadi faktor utama pergerakan harga emas.
Kemudian ketegangan geopolitik, seperti konflik Rusia-Ukraina dan krisis di Israel, juga meningkatkan permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven.
Di sisi lain, langkah-langkah stimulus dari China untuk mendukung ekonominya pun memberikan sentimen tambahan yang memperkuat prospek bullish emas di pasar global.
Baca Juga: Harga Emas Diprediksi Koreksi Jangka Pendek, Kesempatan Beli?
Sutopo pun memperkirakan emas dalam tren bullish tahun 2025 didukung oleh ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung, kekhawatiran inflasi lebih tinggi akan memicu permintaan emas lebih tinggi dan harganya pun menjadi naik.
Pun, apabila suku bunga yang lebih rendah dan risiko geopolitik akan terus mendorong permintaan emas sebagai tempat berlindung yang aman.