kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.788   7,00   0,04%
  • IDX 7.471   -8,29   -0,11%
  • KOMPAS100 1.155   0,80   0,07%
  • LQ45 915   1,71   0,19%
  • ISSI 226   -0,58   -0,26%
  • IDX30 472   1,50   0,32%
  • IDXHIDIV20 570   2,43   0,43%
  • IDX80 132   0,27   0,20%
  • IDXV30 140   1,10   0,79%
  • IDXQ30 158   0,52   0,33%

Harga emas menguat di tengah naiknya tensi global


Kamis, 28 Februari 2019 / 16:28 WIB
Harga emas menguat di tengah naiknya tensi global


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas dunia kian kokoh menguat di tengah sejumlah sentimen global. Kegagalan perundingan Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara, konflik India dan Pakistan, serta negosiasi dagang AS China yang belum rampung menjadi penopang harga emas.

Kamis (28/2) pukul 16.30 WIB, harga emas untuk pengiriman April 2019 di Commodity Exchange naik 0,35% ke level US$ 1.325,70 per ons troi dari US$ 1.321,20 per ons troi. Harga emas masih turun 0,17% dalam sepekan.

Analis Asia Trade Point Futures, Deddy Yusuf Siregar mengatakan, kenaikan harga emas disebabkan belum adanya kesepakatan dari pertemuan Presiden Donald Trump dan Kim Jong Un terkait denuklirisasi Korea Utara.

Sebelumnya, dalam pemberitaan Reuters, Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memperpendek jadwal pertemuan puncak mereka pada hari kedua, Kamis (28/2) di Hanoi, Vietnam. Belum jelas, apakah keputusan memangkas jadwal pertemuan tersebut karena kebuntuan dalam negosiasi nuklir atau tidak.

“Terakhir saya lihat pertemuan tidak ada kesepakatan. Tampaknya kondisi pasar pun kembali cemas, sehingga memilih untuk mengoleksi emas sebagai asset safe haven,” ujar Deddy kepada Kontan.co.id, Kamis (28/2).

Tidak hanya itu, Deddy juga melihat bahwa perundingan AS dan China juga belum menampakkan sinyal positif. Ditambah, testimoni atau pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell. Sebelumnya, Powell menyampaikan testimoninya di hadapan Kongres perihal pendekatan bank sentral di tengah kemungkinan perlambatan ekonomi. The Fed tidak akan buru-buru untuk membuat penilaian terhadap kenaikan suku bunga.

Powell menguraikan tentang sajian data ekonomi yang saling bertentangan, termasuk data penjualan ritel dan aspek ekonomi lainnya yang mengecewakan. Kontras dengan sajian pertumbuhan upah dan pengangguran yang rendah. Deddy melihat, secara garis besar, pelaku pasar merespons dengan beragam aksi. “Ada yang menganggap dovish, ada yang menganggap hawkish. Itulah sebabnya pasar belum menemukan keteguhan hati Powell sehingga penguatan harga emas tidak lebar,” pungkas Deddy.

Karena ketidakpastian dan berbagai sentimen tersebut, Deddy menilai sulit bagi harga emas spot untuk mencapai titik paling tinggi. Karena menurut Deddy, kegamangan The Fed, hingga pertemuan Trump dengan Kim Jong Un membuat dollar mendominasi emas hingga kuartal I-2019. “Kecuali permintaan emas di India meningkat dan keputusan pasti dari perang dagang AS-China. Juga persoalan Brexit tidak berlanjut, maka potensi harga emas naik bisa terjadi,” tuturnya.

Besok, Deddy melihat harga emas masih akan menguat di level US$ 1.315 sampai US$ 1.326 per ons troi. Sementara sepekan di rentang US$ 1.311 sampai US$ 1.336 per ons troi.

Secara teknikal, harga emas berada di atas garis MA 50, MA 100 dan MA 200. Indikator stochastic berada di area 25 yang mengindikasi pelemahan. Kemudian indikator RSI di area 56 berpotensi menguat dan MACD di level positif.

Secara teknikal, Deddy menilai harga emas masih menguat namun masih berpotensi konsolidasi. Dia pun merekomendasikan beli (buy).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×