Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas naik tinggi usai The Fed umumkan suku bunga bertahan di level 5,25% - 5,5% pada Rabu (13/12). Emas diperkirakan terus menarik seiring ekspektasi penurunan suku bunga semakin dekat.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, emas spot terus bergerak lebih tinggi dan saat ini diperdagangkan di sekitar US$2.032 per ons troi. Lonjakan harga sejalan dengan langkah The Fed kembali menghentikan kenaikan suku bunga seperti yang diharapkan pasar.
Terlebih lagi harga emas naik signifikan seiring pernyataan dovish dari Ketua Fed, Jerome Powell. Dia mengabaikan manajemen ekspektasi dan mengisyaratkan suku bunga mungkin sudah mendekati puncaknya.
Pada saat yang sama, Powell untuk pertama kalinya mengakui bahwa inflasi dan perekonomian sedang melambat, dan mulai membahas penurunan suku bunga. Dot Plot menunjukkan bahwa mungkin ada tiga kali penurunan suku bunga pada tahun 2024.
Baca Juga: Lepas dari Tekanan Suku Bunga, Harga Emas Berpotensi Capai Level Tertinggi di 2024
“Akibatnya, dolar AS turun tajam sementara harga emas terdongkrak,” jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (14/12).
Sutopo menyebutkan, perubahan sikap The Fed merupakan peluang pembelian yang baik dan peluang peningkatan cukup besar bagi emas. Pasar saat ini tidak berfokus pada kapan harus menurunkan suku bunga, namun pada berapa kali dan berapa besar suku bunga akan diturunkan.
Pasar optimistis akan terjadi 5 kali penurunan suku bunga pada tahun depan, sebanyak 150bps, melebihi perkiraan Dot Plot. Itulah yang pasar suka lakukan, berdagang sebelum tren terbentuk.
“Keputusan tersebut mempertahankan suku bunga tidak berubah, namun Dot Plot yang dirilis pada pertemuan tersebut menunjukkan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga tiga kali tahun depan dan suku bunga dana Federal akan berakhir pada 3,75 atau 3,50%,” imbuh Sutopo.
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer mengatakan, setelah laporan data inflasi AS melambat sedikit pada bulan November, maka perhatian pasar tertuju pada pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell. Powell telah menekankan bahwa bank sentral akan bergerak dengan hati-hati dalam menghadapi periode inflasi yang meningkat.
Selain itu, data inflasi AS juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas. Berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja, tingkat inflasi tahunan harga konsumen utama turun tipis menjadi 3,1% pada bulan lalu, melambat dari 3,2% di bulan sebelumnya. Meskipun demikian, angka inflasi naik tipis sebesar 0,1% secara bulanan.
Baca Juga: The Fed Menahan Suku Bunga, Harga Emas Naik ke US$ 2.030 Per Ons Troi
“Angka-angka ini memberikan gambaran dampak kampanye kenaikan suku bunga The Fed terhadap pertumbuhan harga di AS,” ungkap Fischer dalam siaran pers yang dibagikan, Kamis (14/12).
Fischer menyebutkan, pasar selanjutnya akan memantau apakah The Fed memberikan sinyal mengenai jalur suku bunga pada tahun 2024. Publikasi Dot Plot kuartalan, yang memperlihatkan prediksi para pengambil kebijakan terhadap tingkat suku bunga di masa depan juga akan menjadi fokus utama.
Di samping itu, Fischer turut melihat kenaikan emas akan dipengaruhi oleh kepercayaan yang rendah terhadap dolar AS dan dampak dari dedolarisasi, sehingga melemahkan USD dan mendorong kenaikan harga emas.
“Kepercayaan yang rendah terhadap dolar AS membuat investor cenderung mencari aset safe haven seperti emas untuk melindungi nilai investasi mereka. Selain itu, adanya dampak dari dedolarisasi dapat berkontribusi pada pelemahan USD dan peningkatan harga emas,” tambah Fischer.
Sutopo menimpali, sebelum ekspektasi optimis bagi harga emas mereda, ide perdagangan terhadap emas mungkin harus diubah yaitu fokus untuk mengambil posisi beli setelah koreksi. Harga emas ditakdirkan untuk berfluktuasi setelah lonjakan yang cepat.
“Investor sebaiknya tidak mengejar kenaikan tersebut, namun harus menunggu hingga harga emas turun kembali sebelum mengambil posisi beli. Demikian juga emas Antam, harga beli saat ini terhitung tinggi, sehingga mengejar pembelian saat ini bukanlah waktu yang tepat,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News