Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kesempatan harga emas spot dunia naik hingga level US$ 3.500 per ons troi masih terbuka lebar meski ketegangan antara Iran-Israel berpotensi mereda. Itu berkaitan dengan kebijakan tarif dagang yang masih tak jelas arahnya.
Data real time Trading Economics, Selasa (17/6) pukul 14.30 WIB menunjukkan harga emas spot naik 0,11% secara harian ke level US$ 3.387 per ons troi. Meski dalam sepekan hanya naik 1,65%, harga emas dalam sebulan sudah mendaki 5,15%.
Untuk diketahui, harga emas spot sempat menyentuh level US$ 3.400 per ons troi pada Jumat (13/6) lalu, ketika Israel melancarkan serangan udara kepada Iran. Hingga kini, Iran-Israel masih saling membalas serangan.
Seiring dengan itu, harga emas sebagai salah satu aset safe haven ikut terdorong dengan pergerakan tipis dalam rentang US$ 3.400 per ons troi. Namun mulai Senin (16/6), harga emas kembali turun ke level US$ 3.300 per ons troi.
Baca Juga: Harga Emas Menguat ke US$ 3.392,3 di Tengah Hari Ini (17/6), Israel-Iran Makin Panas
Pengamat komoditas Ibrahim Assuaibi menilai, penurunan ini terjadi seiring potensi kekalahan Israel dalam konflik dengan Iran.
“Ada indikasi teknologi Iran lebih tinggi, kemungkinan besar tidak akan terlalu lama perang (Israel-Iran) terjadi karena ada kemungkinan besar Israel kalah telak dan memicu perdamaian ke depannya,” sebut Ibrahim dalam keterangannya, Senin (16/6).
Namun begitu, Ibrahim menilai, harga emas dunia masih punya peluang penguatan bahkan hingga rentang US$ 3.500 – US$ 3.700 per ons troi. Pasalnya, meski konflik antara Iran dan Israel kini mereda sekalipun, kondisi geopolitik di wilayah Timur Tengah lainnya, serta di Eropa, masih memanas.
Di samping itu, Ibrahim bilang, masalah perang dagang masih menjadi antisipasi utama investor. Kini perhatian pasar tak lagi soal “gencatan senjata” Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan sejumlah negara seperti China, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko, tetapi soal penetapan biaya impor sepihak terhadap negara-negara lainnya.
“Ini yang paling ditakutkan,” kata Ibrahim.
Memang, pasar belum tahu pasti apa yang akan terjadi setelah penundaan kebijakan tarif berakhir, sebagaimana Trump belum mengeluarkan informasi terbaru terkait itu. Dus, saat ini pasar masih mengantisipasi potensi dan risiko yang bisa saja terjadi nantinya.
Ibrahim juga menyoroti gesekan antara The Fed, yang notabenenya independen, dengan pemerintah AS terkait penetapan suku bunga yang masih menjadi perhatian pasar.
Dengan berbagai ketidakpastian yang ada itu, Ibrahim memprediksi emas sebagai aset lindung nilai paling solid bakal masih berpotensi terdorong naik harganya.
Baca Juga: Bank of America Perkirakan Harga Emas Bakal Sentuh Rekor US$ 4.000 dalam 12 Bulan
Selanjutnya: Cara Cerdas Manfaatkan Lahan Kosong Jadi Usaha yang Menguntungkan
Menarik Dibaca: Cara Cerdas Manfaatkan Lahan Kosong Jadi Usaha yang Menguntungkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News