Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang kuartal-I 2019 harga emas tercatat masih berkilau. Kenaikan harga emas ini banyak dipicu ketidakpastian global dan sikap The Fed yang menahan kenaikan suku bunga. Namun meredanya perang dagang di kuartal II berpotensi membuat harga emas kembali turun.
Pada perdagangan kuartal-I harga emas untuk kontrak pengiriman Juni 2019 dalam Commodity Exchange ditutup menguat sebesar 0.33% pada hari Jumat (29/03) di level US$ 1.298,50 per ons troi.
Analis PT Rifan Financindo Berjangka Puja Purbaya Sakti mengatakan, ke depan The Fed berpotensi memangkas suku bunganya, terutama bila kondisi ekonomi negeri Paman Sam semakin terpuruk.Prospek pemangkasan suku bunga akan berdampak positif pada harga emas.
Data terbaru dari Dewan Emas Dunia (WGC) merilis beberapa Bank Sentral dunia masih memborong emas. Di antaranya Bank Sentral China dan Rusia yang terus menambah cadangan emas sejak 2016.
Rusia merupakan negara paling agresif dalam mendiversifikasi cadangan devisanya dari Dollar AS. Lembaga itu juga merilis hasil survei yang menunjukkan bahwa seperlima Bank Sentral di seluruh dunia berencana menambah cadangan emas di tahun ini.
Dalam survei itu juga disebutkan bahwa dua pertiga Bank Sentral masih memandang emas sebagai instrument safe-haven dan instrumen diversifikasi portofolio yang paling efektif.
“Selain itu, masih berlarutnya kondisi perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China menyebabkan para investor mulai meninggalkan asset berisiko dan lebih memilih emas sebagai safe-haven,” kata Sakti kepada Kontan, Selasa (2/4).
Harga Emas Diramal Memudar Kuartal-II
Namun memasuki kuartal-II harga emas akan sedikit memudar. Purbaya mengatakan, merebaknya aksi jual oleh para investor yang didorong oleh kabar positif dari hasil perundingan perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia akan menjadi batu sandungan logam mulia yang satu ini.
“Emas terus melanjutkan pergerakan bearish dan kehilangan daya tariknya sebagai aset investasi aman oleh investor yang mulai percaya diri untuk memilih investasi aset berisiko,” tutur Purbaya.
Purbaya mengamati dari sisi teknikal, harga emas mulai terkoreksi setelah menyentuh level tertingginya tahun di pada 20 Februari 2019 sebesar US$ 1.354,40 per ons troi.
Katanya pergerakkan harga emas sepanjang kuartal-II masih berpotensi untuk bergerak bearish dengan level support antara US$ 1.262,35, US$ 1.233,80, dan US$ 1.163,05 per ons troi. Sementara level resistance di kisaran US$ 1.333,10, US$ 1.375,30, US$ 1.446,05 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News